Aku Bersama PEKKA

Saya Fariza Ulfa, lahir di sebuah desa yang dikelilingi oleh persawahan nan hijau dan asri di kaki  pegunungan, yaitu Desa Tampok Blang Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar. Yang ketika musim tanam tiba, desa kami tampak seperti dikelilingi oleh hamparan permadani hijau yang indah, membuat sejuk setiap mata yang memandang.   

        Saya lahir pada tanggal 19 Juni 1992, saya merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Saya bersama adik-adik saya dibesarkan di sebuah rumah sederhana yang penuh dengan cinta dan kehangatan. Kami dibesarkan oleh seorang ibu yang sangat tangguh, beliau masih sanggup mengurus sawah-sawah kami meskipun sudah lelah merawat kami di rumah. Ayah kami pun sangat luar biasa, sepulangnya dari bekerja, beliau ikut membantu ibu mengurus kami.  

        Masa kecil saya sangat menyenangkan, saya bersama teman-teman menghabiskan waktu dengan bermain gundu, engklek, dan congkak bahkan kami juga sering melakukan balapan sepeda. Maklum saat kami masih kecil, kami belum mengenal yang namanya gadget. Hampir setiap hari kami menghabiskan waktu bermain di bawah terik matahari. Sungguh sebuah masa yang ingin saya ulang.   

        Menginjak usia remaja, saya mulai belajar membagi waktu antara bermain dan membantu orang tua. Setelah mengerjakan beberapa pekerjaan rumah, saya ikut membantu ibu saya di sawah. Ibu mengajarkan saya bagaimana cara mencabut bibit dan menanam padi. Ada banyak ilmu yang saya dapatkan, salah satunya adalah belajar sabar saat menunggu bibit tumbuh hingga bisa dicabut. Belajar sabar saat mencabut bibit satu persatu hingga bisa di tanam. Belajar sabar menunggu padi tumbuh hingga bisa dipanen. Masya Allah ada begitu banyak ilmu yang bisa kita petik dari alam.  

        Pada tahun 2010 saya lulus SMA. Setelah lulus tidak sedikit pun terbersit dalam ingatan saya untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Dalam benak saya kuliah membutuhkan banyak biaya, sementara orang tua saya cuma seorang petani. Bagaimana caranya membayar biaya pendidikan saya jika saya melanjutkan pendidikan ke universitas. Sehingga saya menganggur selama 1 tahun. Namun, pada suatu hari salah seorang saudara saya mengatakan “ayo kuliah, insya Allah nanti pasti akan ada rezeki untuk membayar uang kuliah, Allah SWT pasti akan membuka pintu-pintu rezeki-Nya”. Kata-kata saudara saya tersebut menjadi motivasi bagi saya, sehingga saya memberanikan diri untuk mendaftar di salah satu universitas ternama di Banda Aceh.  

        Tepatnya pada tahun 2011 saya berhasil menjadi mahasiswa di Universitas Islam Negeri Arraniry Banda Aceh. Saya lulus di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Matematika. Berkat usaha dan doa kedua orang tua saya, akhirnya saya berhasil menyelesaikan gelar strata 1 (S1) saya pada tahun 2016. Alhamdulillah di tahun itu juga saya diterima mengajar di salah satu sekolah swasta di Aceh Besar. Saya mengajar di sekolah tersebut sampai sekarang.   

          Pertama kali saya mengenal Pekka pada tahun 2017. Saya mengenal Pekka karena di ajak untuk mengikuti sekolah Akademi Paradigta yang diadakan di Center Serikat PEKKA Aceh Besar. Saya mulai bertanya-tanya, apa saja yang akan diajarkan di sekolah ini? Bagaimana sistem pembelajarannya? Apakah sama dengan sekolah formal? Katanya akan diwisuda, apakah sama dengan wisuda S1? Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul dibenak saya. Hingga akhirnya semua pertanyaan tersebut terjawab begitu saya mengikuti proses pembelajaran di Akademi Paradigta.  

         Ternyata di Akademi Paradigta kami diajarkan banyak hal seperti sumber anggaran desa, alokasi anggaran desa, cara perempuan menyampaikan pendapatnya, impian-impian perempuan untuk desanya, dan bahkan bagaimana cara perempuan melakukan pelayanan publik.  

         Pembelajaran di Akademi Paradigta sangat menyenangkan, karena kami tidak hanya mendapatkan teori dan materi tetapi kami juga diajak untuk turun langsung ke desa untuk mempraktekkan langsung ilmu-ilmu yang kami dapatkan. Seperti bagaimana cara melakukan advokasi dengan kepala desa dan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan penduduk desa. Sehingga kami dengan mudah bisa  mendapatkan informasi yang kami butuhkan.   

         Salah satu materi yang paling berkesan bagi saya selama belajar di Akademi Paradigta adalah materi tentang Perempuan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Saya diminta untuk menjumpai kepala desa untuk mencari informasi terkait sumber dana dan alokasi dana desa. Tugas yang diberikan kali ini membuat saya sedikit was-was, dikarenakan saya harus menjumpai kepala desa dan harus meminta informasi terkait anggaran desa. Hal ini belum pernah saya lakukan sebelumnya, saya bingung bagaimana caranya mendapatkan informasi terkait anggaran desa tersebut.   

           Alhamdulillah di akademi paradigta saya diajarkan bagaimana caranya melakukan advokasi dengan kepala desa. Sehingga tidak ada kesulitan yang berarti saat saya menjumpai kepala desa untuk meminta salinan laporan APBDes. Dengan penyampaian yang jelas saya akhirnya bisa memegang laporan APBDes tersebut. Ini pertama kalinya saya memegang laporan APBDes.  

           Saya juga menjadi lebih berani dalam penyampaian pendapat ketika diadakan musyawarah desa. Ternyata memiliki informasi yang akurat dan pemilihan kata-kata yang tepat, akan membuat kita lebih berani dalam menyampaikan pendapat. Ini semua saya dapatkan melalui perantaraan PEKKA.  

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment