Berawal Dari Akademia Saya Masuk Pekka

Nama saya Sri Netti lahir di Desa Manggis Harapan, 06 Juli 1987. Pendidikan saya hanya tamat SMA. Saya anak ketiga dari tiga bersaudara. Sehari- hari pekerjaan saya membuat kue basah dan kue kering untuk membantu ekonomi keluarga. Saya beserta keluarga hidup rukun dan damai dalam rumah kecil. Saya merasa anak yang paling kecil selalu manja dengan orang tua, kakak ada abang saya. Pada tahun 2011 saya bertemu dengan seorang pemuda bernama Jelmi dari Desa Bakau Hulu, tak lama berkenalan saya menikah dengan Jelmi dan saya di bawa tinggal bersama dengan mertua, dan akhirnya saya menetap di Desa Bakau Hulu. Di bulan September 2021, saya diajak oleh seorang teman untuk menghadiri rapat di kantor desa. Teman saya tidak tahu rapat apa yang penting disuruh datang dan saya pun menghadiri rapat. Pada saat rapat saya berkenalan dengan Konsultan API kak Afrida Purnama dan empat orang mentor. Dari situ saya banyak mendengarkan tentang pendidikan Akademi Paradigta. Saya menarik mendengar cerita akademia itu saya pun mendaftar untuk ikut karena saya merasa penasaran dan ingin tahu mengenai pendidikan akademi dan berkeinginan menambah  pengalaman karena  pendidikan saya masih rendah mungkin dengan masuk di akademi ini wawasan bertambah apalagi mengenai keluarga pembaharu.  

Pada tanggal 16 September 2021 saya mulai belajar di Akademia Paradigta selama tiga bulan.  Setelah selesai mengikuti pelajaran modulnya saya pun diwisuda pada bulan Desember. Setelah wisuda saya berkeinginan mau bergabung di kelompok Pekka. Sewaktu belajar mentor sering bercerita tentang Serikat Pekka Kabupaten Aceh Selatan dan kegiatan-kegiatannya.  Dari cerita itu saya mulai tertarik berkeinginan bergabung dengan Serikat Pekka.  

Pada bulan Februari saya masuk di kelompok Pekka. Pada awalnya di Desa Bakau Hulu membentuk dua kelompok Pekka. Karena kelompok dusun saya tidak cukup anggota maka kelompok dusun saya tidak terbentuk, maka saya masuk di kelompok Dusun Beutong Baru. Di Desa Bakau Hulu terbentuk satu kelompok Pekka. Di kelompok Pekka saya sebagai anggota kelompok Ikhlas. Satu bulan bergabung di kelompok saya mengikuti kegiatan membuat kelapa gonseng yang merupakan usaha dari kelompok. Pada awalnya kelompok saya berswadaya dengan modal tiga buah kelapa dan akhirnya kelompok saya sudah ada uang kas sebanyak 500.000 rupiah.  

Hari yang amat cerah. Saya berjalan menuju tempat kegiatan. Perjalanan saya terburu-buru karena melihat jam sudah merasa telat. Setibanya di tempat, saya melihat semua anggota kelompok sudah berkumpul dan sudah ada yang bekerja. Adapun yang dikerjakan yaitu membuat kelapa gongseng.  Pada hari Rabu, tanggal 20 Juli 2022, Kelompok Pekka Ikhlas mengadakan kegiatan usaha membuat kelapa gongseng sebanyak 150 butir. Modal usaha pertama waktu membuat kelapa gongseng dari swadaya ibu-ibu sebanyak tiga buah per orangnya. Dari situ terkumpul uang modal untuk membuka usaha kelompok, supaya kelompok mendapat penghasilan dan ada uang kas.   

Setelah selesai pembuatan kelapa gongseng, pengurus bersama anggota kelompok bersama-sama memasarkan baik di kios-kios kecil maupun secara online seperti di Facebook dan whatsapp. Kegiatan ini dilakukan satu bulan tiga kali supaya kelompok memperoleh pendapatan yang cukup banyak.   

Cara pembuatannya secara bersama-sama. Anggota diminta membawa peralatannya sendiri. Dari 150 butir kelapa, biasanya bisa menghasilkan 25 kilogram kelapa gongseng. Kelapa gongseng yang sudah jadi dijual dengan harga Rp. 25.000,- per kilogram. Jika ada konsumen yang memesan secara online, kami mengantarkannya ke rumah pemesan.   

 

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment