Pekka Menjauhkanku Dari Rentenir: Kisah Diri
Pekka Menjauhkanku Dari Rentenir Aku sempat terjerat b...
Bersama Pekka Aku Bisa Menjadi Perempuan Kepala Keluarga: Kisah Diri Yayah Rohayah
Aku seorang ibu rumah tangga berusia 29 tahun, nama aku Yayah Rohayah, aku tinggal di Kampung Guha RT 009/RW005 Desa Lembangsari, Kec. Rajeg, Kab. Tangerang, Banten. Aku memiliki dua orang putra yang bernama Ahmad Faisal Ibrahim dan Ahmad Fatir Ibrahim. Kedua anak aku berusia 9 tahun dan 4,5 tahun. Pernikahan aku bisa dibilang pernikahan dini karena pada saat itu usiaku 15 tahun dan suami aku berusia 31 tahun. Kami menikah atas dasar perjodohan orang tua. Padahal aku baru satu tahun lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena desa aku masih terbilang desa terpencil jadi masih mengutamakan adat dan tradisi daripada peraturan pemerintah hingga masih banyak pernikahan anak.
Pada tahun 2012, aku dikaruniai seorang putra. Pernikahanku hanya bertahan selama 2 tahun dari tahun 2011-2013 karena suami aku menjatuhkan talak melalui tulisan dengan alasan dia sudah tidak mampu bertanggung jawab atas aku dan anak kami. Setelah aku menjadi janda, aku menyibukkan diri dengan bekerja untuk menafkahi diri sendiri dan anak aku karena aku tidak ingin menjadi beban untuk orang tua. Pada tahun 2016, aku dipersunting kembali oleh laki-laki yang bernama Muhammad Nurhadi. Setelah 2 tahun berumah tangga aku dianugerahkan seorang putra kembali dan kini aku menjadi seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki.
Pada tahun 2018, desa aku dikunjungi oleh Mba Dian dari Seknas Pekka beserta kader yang lainnya untuk sosialisasi Pekka. Namun, aku tidak langsung bergabung karena aku pikir Pekka sama saja dengan yayasan uang yang mencari nasabah di desa aku. Setelah sosialisasi Pekka, terbentuk Kelompok Bina Lestari dan Ceremai, lalu awal Januari 2019 baru aku tergabung di Pekka dalam Kelompok Bina Sejahtera yang pada awalnya hanya beranggotakan 5 orang saja. Setelah bergabung, aku hanya mengenal Pekka sebagai koperasi simpan pinjam saja. Pada suatu hari aku mengikuti pertemuan rakor (rapat koordinasi) Serikat Pekka dan saat pertemuan koperasi aku sering mendengarkan pemaparan tentang Pekka, akhirnya aku tertarik mengikuti setiap kegiatan Pekka.
Pada tahun 2020, aku mengikuti sekolah kader yang didampingi oleh Mba Dian dan difasilitasi oleh Ibu Nani. Setelah mengikuti sekolah kader, aku semakin percaya diri untuk mensosialisasikan Pekka di kelompok aku. Lalu aku mulai ikut belajar membuat akte kelahiran sehingga banyak warga yang terbantu karena biaya di Pekka jauh lebih terjangkau daripada membuat akte kelahiran lewat staf desa. Hingga saat ini masih saja ada warga yang meminta dibuatkan akte kelahiran. Banyak ilmu yang sangat berharga yang aku dapatkan dan aku pun merasa bangga karena bisa memberikan manfaat untuk warga di desa aku melalui ilmu yang didapatkan setelah bergabung di Pekka.
Selain itu aku juga terlibat dalam kegiatan gerakan kantong hitam yang dilaksanakan oleh Pekka pada bulan November 2021 di Desa Kemiri tempat center Pekka kami berada. Aku tidak pernah menyangka akan dipilih sebagai peserta kelas JWP (Jurnalis Warga Pekka) perwakilan dari wilayah Tangerang tetapi aku sangat bersyukur atas kepercayaan yang Pekka Tangerang berikan kepada aku. Setelah aku mengikuti kelas JWP aku banyak belajar dalam membuat cerita hingga aku dibuatkan dua buletin oleh Mas Erfan dan aku juga banyak mendapatkan banyak pengalaman dalam menulis cerita.
Setelah aku bergabung di Pekka, aku memiliki pengalaman mengunjungi Gedung Bupati saat acara FPK dan TOT (Training of Trainer). Lalu aku berkesempatan untuk mengikuti pelatihan kelas bisa kita (bisnis berbasis komunitas Pekka) secara online hingga akhirnya aku termotivasi untuk mendirikan bank sampah di kelompok sampai mampu mempekerjakan orang walaupun belum bisa memberikan gaji yang maksimal dan menjadi pengepul sampah yang ada di desa aku. Walaupun tidak banyak ilmu dan pengetahuan yang aku miliki namun aku tetap ingin berbagi kepada para anggota terkait pengalaman yang sudah aku rasakan bersama Pekka seperti belajar memilih sampah karena dari sampah kita masih bisa menghasilkan rupiah dan bisa mengubah perekonomian rumah tangga.
Tidak hanya sebagai peserta JWP Tangerang, aku juga diberikan kesempatan untuk menjadi PJ proyek MSC yang nantinya akan bekerja sama antara koperasi Pekka dengan pihak BRI link melalui women digital ambasador yang saat ini masih berproses. Selain itu, aku juga mengikuti pelatihan menjahit dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) khusus untuk ibu Pekka selama 12 hari yaitu dari tanggal 13-26 Juli 2022.
Rasa bangga karena menjadi bagian dari Pekka. Semakin aku rasakan banyak ilmu pengetahuan serta pengalaman yang telah aku dapatkan, Pekka mengajari aku banyak hal dan menjadikan diri aku bermanfaat untuk orang banyak. Hidup yang berharga adalah hidup yang dapat memberikan kehidupannya kepada orang lain.
Bersama Pekka aku bisa, bersama Pekka aku bangga.