Pekka Inspirasi Buat Ku

Nama saya Wahyunita Munthe lahir pada tanggal 19 Juli 1990 di suatu desa kecil yang bernama Lingkungan Dua Kecamatan  Sei Brantas Kota Tanjung Balai Sumatera Utara. Saya anak pertama dari tiga bersaudara, adik saya yang  nomor dua adalah laki-laki dan yang ketiga perempuan. Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Ayah saya M. Halim Munthe adalah seorang buruh nelayan dan ibu saya bernama Erlina Sitorus seorang ibu rumah tangga. Singkat cerita pada tahun 1997 saat berusia tujuh tahun saya masuk Sekolah Dasar (SD) Negeri  No 130001 yang ada dikampung saya hingga usia 13 tahun. Pada saat kelas dua SD saya masuk sekolah Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) yang merupakan sekolah agama dimana saya ikuti setelah saya pulang dari sekolah. Pada tahun 2003 saya melanjutkan sekolah ke jenjang menengah pertama di Yayasan Madrasah Pendidikan Islam (YMPI) di Sei Tualang Raso. Kemudian tahun 2006 saya melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah Negri (MAN) di kota Tanjung Balai. Setiap pulang sekolah  saya mengajar mengaji anak-anak dilingkungan rumah saya. Mereka belajar dirumah saya setelah mereka pulang sekolah.   

Karena kondisi ekonomi keluarga saya yang tidak memadai sehingga saya tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Cita-cita saya untuk menjadi seorang guru terpaksa saya urungkan karena tidak bisa kuliah di salah satu universitas jurusan keguruan yang saya inginkan. Meskipun demikian saya merasa bersyukur karena masih bisa mengajar mengaji. Dengan belajar mengaji pikiran saya menjadi tenang dan lebih taat beribadah   

Pada tahun 2010 ayah saya menderita sakit yaitu usus turun sehingga tidak bisa bekerja lagi sebagai nelayan, sementara masih ada dua orang adik saya yang masih sekolah. Untuk membantu perekonomian keluarga saya sebagai anak tertua harus menggantikan ayah saya sebagai tulang punggung keluarga. Saya kemudian bekerja sebagai buruh cuci, setiap hari saya harus ke rumah tetangga untuk mencuci pakaian mereka. Siang hingga malam hari saya masih mengajar anak-anak mengaji.  

Pada tahun 2013 saya diajak oleh ibu Rita Wati yang merupakan tetangga saya untuk bergabung di Pekka. Awalnya saya tidak tertarik karena saya merasa tidak punya waktu untuk mengikuti kegiatan diluar rumah karena hari-hari saya sudah sibuk untuk mencari nafkah dan mengajar serta mengurus orang tua yang sudah mulai sakit-sakitan. Tetapi Ibu Rita tetap menyemangati saya untuk bergabung di Pekka. Beliau mengatakan dengan bergabung di Pekka saya akan punya  banyak teman dan juga bisa menambah wawasan. Akhirnya saya mengiyakan ajakan bu Rita, karena saya ingin sekali punya teman. Saya pun bergabung resmi dengan Pekka pada tahun 2013. Kami kemudian membentuk kelompok yang diberi nama Srikaya dan saya dipilih sebagai sekretaris kelompok.   

Pada tahun 2017 saya mengikuti kelas kepemimpinan kader perempuan di Center Pekka di Jl. Lingkar Sipori-pori Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara. Saya mengikuti kelas selama kurang lebih 4 bulan. Saya belajar tentang kepemimpinan perempuan, kesetaraan gender dan pengorganisasian. Dengan mengikuti kelas  ini saya punya banyak teman, bisa mengunjungi dan bertemu dengan instansi mulai tingkat desa hingga kabupaten, dan perubahan yang sangat saya rasakan adalah keberanian saya  berbicara di depan umum dulunya saya sangat grogi tetapi sekarang sudah percaya diri.   

Pada tanggal 16 Juli 2018 kabar duka menyelimuti keluarga kami. Ibu yang sangat saya sayangi harus berpulang ke Rahmatullah karena sakit diabetes yang beliau derita. Ayah saya yang juga sudah sakit-sakitan tidak kuasa menanggung kesedihan ditinggal ibu. Saya bersama ayah dan adik-adik harus kuat untuk melanjutkan kehidupan. Apalagi setelah bergabung di Pekka saya merasa punya banyak saudara sehingga saya tidak merasa sendiri dan bisa lebih kuat.  

Pada hari Jumat 28 Desember 2018 saya mengikuti pelatihan paralegal dengan tema “Peningkatan Kapasitas Hukum untuk Perempuan” selama 3 hari  dari jam 09.00-16.30 WIB. Pelatihan diikuti oleh 37 peserta yang berasal dari anggota Pekka Kota Tanjungbalai dan Asahan, di fasilitasi oleh mbak Dwi Indah Wilujeng dari Yayasan PEKKA dan fasilitator Lapang Pekka provinsi Sumatera Utara mbak Mardiah. Paralegal  adalah orang yang memiliki keterampilan hukum dan dengan secara suka rela mau memperjuangkan keadilan dalam masyarakat khususnya untuk perempuan yang menjadi korban kekerasan. Paralegal diperlukan dimasyarakat karena sangat membantu terutama kepada masyarakat miskin yang tidak bisa membayar  jasa pengacara. Tugas seorang paralegal adalah mendengarkan korban, mencatat semua informasi terhadap kasus yang terjadi dan terus mendampingi sampai kasusnya selesai. Perubahan yang saya rasakan setelah mengikuti pelatihan paralegal adalah lebih peduli kepada perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), merasa iba kepada korban dan ingin melindungi si korban.   

Pada tahun 2019 saya dipercaya  menjadi penanggungjawab divisi pendidikan di Serikat PEKKA. Kegiatan saya selama menjadi PJ divisi pendidikan adalah saya mengajarkan orang – orang yang buta huruf di desa saya, mereka sangat senang karena dari tidak tahu menjadi tahu membaca dan menulis. Saya pun ikut merasa senang karena mereka bisa memahami apa yang sudah saya ajarkan kepada mereka.   

   

Pada tahun 2020 saya mengikuti kegiatan KLIK (Klinik Layanan Informasi dan Konsultasi) di Desa Jalan Mangga Lingkungan 2. Kegiatan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena mereka bisa bertanya dan konsultasi kepada pihak atau dinas yang terkait misalnya persoalan Program keluarga harapan (PKH), pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Katu Keluarga (KK)  dan program perlindungan sosial lainnya. Dengan adanya KLIK ini kerja-kerja  pemerintah pun bisa terbantu dan sekaligus mendekatkan masyarakat dengan instansi terkait. Banyak kasus yang dikonsultasikan saat KLIK di Desa Jalan Mangga seperti  banyaknya masyarakat miskin yang tidak  menerima bantuan pemerintah PKH, Raskin, serta kartu BPJS yang sudah mati.  Bagi saya sendiri melalui kegiatan  KLIK ini saya menjadi banyak kenal dengan instansi – instansi mulai dari tingkat desa hingga kabupaten.     

Tahun 2022 adalah tahun yang tidak akan terlupakan oleh saya karena saya mengikuti kegiatan kelas JWP (Jurnalisme warga Pekka), Pengalaman yang sangat berharga karena banyak sekali ilmu yang saya dapatkan untuk menjadi seorang jurnalis. Mulai dari membuat kalimat sederhana, memahami 5W 1 H, cara menulis berita dan cerita serta hal yang baru buat saya adalah cara mengambil foto dengan berbagai teknik. Disamping itu bertemu dengan teman-teman dari berbagai wilayah Pekka adalah hal yang saya tunggu-tunggu setiap minggunya. Meskipun hanya bertemu diruang zoom tetapi sudah cukup membuat saya merasa punya teman dan saudara diseluruh Indonesia. Semoga ilmu yang saya peroleh bisa  saya manfaatkan dan mampu membuat JWP Kota Tanjungbalai semakin maju dan berkembang.   

Saya sangat senang mengikuti setiap kegiatan di Pekka karena saya sangat termotivasi dan saya ingin berubah menjadi lebih baik seperti moto hidup saya dan Pekka adalah Inspirasi buat saya. 

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment