Pekka Memberikan Manfaat Luar Biasa: Kisah Diri Siti Juariah

Di sebuah desa yang asri, matahari bersinar begitu cerah, secerah wajah sepasang suami istri bernama Bapak Jaenudin dan Ibu Nurbaeni yang baru saja dikaruniai seorang anak bayi perempuan. Tepatnya hari Sabtu pukul 08.30 WIB tanggal 20 Juni 1972, bayi tersebut diberi nama Siti Juariah yang lahir di Desa Pasir Kamuning Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang, ayahku seorang petani dan ibu aku seorang ibu rumah tangga biasa. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Lima tahun kemudian orang tua aku pindah ke Desa Kalibuaya, dan aku tidak ikut bersama orang tua tapi aku tinggal di rumah nenek. Sejak kecil Sekolah Dasar (SD) sampai remaja aku ikut dengan kakek nenek. Terakhir aku sekolah di Mts Ghoyatul Jihad Telagasari dan aku lulusan tahun 1988. Karena keterbatasan biaya maka aku tidak melanjutkan sekolah lebih tinggi lagi. Setelah lulus aku pulang ke rumah orang tua di Desa Kalibuaya karena kedua kakek dan nenek sudah meninggal dunia.  

     Secercah sinar matahari mulai menampakan diri dari balik awan pagi. Sekitar pukul 09.30 WIB terdengar suara pintu diketuk tok…tok…tok, ternyata ada tamu yang datang. Aku membuka pintu, ceklek suara pintu dibuka “Assalamualaikum, neng apakah orang tuamu ada?” tamu mengucap salam dan bertanya. “Waalaikum salam, “jawab aku sambil mempersilahkan tamu masuk dan duduk diruang tamu. “Sebentar aku panggilkan bapak dulu” sambil terus aku masuk untuk memanggil bapak, tidak lama bapak datang dan bersalaman dengan tamu. Mereka berbincang serius ternyata aku mau dijodohkan dengan anaknya yang tinggal satu desa dengan aku di Desa Kalibuaya hanya beda RT saja. Kaget dan terkejut karena pemuda yang mau dijodohkan dengan aku adalah teman sekolah aku. Dan aku menerima perjodohan ini karena memang aku sudah lama menjalin hubungan dengannya. Tidak lama setelah perjodohan dilakukan sekitar 6 bulan, tepatnya malam Selasa tanggal 3 Juli 1990, pukul 07.30 WIB kami bertunangan.  

     Hari dinanti pun tiba. Aku sangat bahagia, akhirnya impian aku untuk bersanding dengan pujaan hati datang juga. Hari Kamis pukul 19.00 WIB tanggal 31 Januari 1991, aku menikah dengan seorang pemuda yang bernama Adung Latuhari dan dikaruniai 2 orang putri, adapun keseharian aku sebagai ibu rumah tangga biasa. Kami tinggal bersama kedua orang tua aku, dengan berjalannya waktu rumah tangga aku di tahun 2000 mengalami keterpurukan ekonomi oleh karena itu suami aku nekad pergi merantau ke Saudi Arabia. Disaat kekurangan ekonomi tiba-tiba ibu aku jatuh sakit, waktu itu belum ada badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) atau kartu Indonesia sehat (KIS) sehingga ibu aku tidak bisa berobat ke rumah sakit, akibatnya ibu aku meninggal dunia.  

     Suatu hari tanggal 20 April 2006 ada seorang tamu yang bernama Ibu Encah datang ke rumah mengajak untuk bergabung menjadi anggota Pekka, Ibu Encah adalah ketua Serikat Pekka Karawang. Karena saat itu menurutnya aku memenuhi kriteria sebagai Pekka yaitu ditinggal merantau. Dengan berbagai paparannya akhirnya aku pun tertarik masuk anggota Pekka dan hari itu juga aku resmi menjadi anggota kelompok Pekka Ridho Ikhlas. Bulan Mei 2006 pertama kali aku mengikuti pelatihan kepemimpinan, rencananya pelatihan ini akan diselenggarakan di Yogyakarta dengan diikuti oleh peserta dari 8 provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Aceh, Kalimantan Barat, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat tetapi karena terjadi musibah gempa bumi di sebagian wilayah Yogyakarta, maka pelatihannya dipindah ke Jakarta. Ini kali pertama aku mengikuti kegiatan di Jakarta, perasaan aku sangat bahagia bisa mengikuti kegiatan di Hotel dan bertemu dengan teman-teman Pekka dari wilayah lain. Kami banyak mendapat ilmu tentang kepemimpinan dan juga banyak cerita dari teman-teman dari wilayah lain.  

     Aku terus aktif dalam kegiatan serikat di Karawang. Meskipun waktu itu Karawang belum mempunyai Center. Setiap ada pertemuan serikat selalu berpindah tempat karena mengikuti pendamping lapang (PL) Hj.Nunung Nurnaningrum yang juga sering pindah tempat kost. Masa pengenalan Pekka, semua anggota Pekka diajari banyak kegiatan dan keterampilan seperti tata boga, menjahit, membuat piring lidi, keterampilan dari Eceng gondok dan membuat tas dari limbah bekas bungkus kopi. Kemudian tidak berapa lama setelah ikut pelatihan, aku minta izin untuk keluar sementara dari keanggotaan Pekka, karena aku akan pergi merantau ke Saudi Arabia selama 5 tahun aku bekerja di negara orang. Sepulang merantau tahun 2011 aku masuk kembali menjadi anggota Pekka, bahkan aku diangkat menjadi ketua kelompok dengan anggota berjumlah 16 orang karena anggota memberi kepercayaan kepada aku.  

     Di tahun 2017 aku mengikuti Sekolah Paradigta. Awalnya aku merasa malu untuk sosialisasi ke masyarakat tentang kegiatan Pekka. Namun sekolah Paradigta membuat aku lebih percaya diri karena bertambah ilmu dan pengetahuan. Kemudian tahun 2018 pergantian ketua serikat Pekka baru yaitu Ibu Astini beliau adalah teman dalam sekolah paradigta di kepemimpinan beliau banyak perubahan. Aku juga merasakan dampak perubahan setelah mengikuti kelas Paradigta. Aku dapat terlibat langsung dalam kegiatan klinik layanan informasi dan konsultasi (KLIK). KLIK sebagai alat untuk masyarakat bisa proaktif terhadap permasalahan dirinya sendiri, aku selalu memfasilitasi pembuatan akte kelahiran, pembuatan kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP).   

     Mengikuti KLIK yang sangat berkesan yaitu di Desa Cikande kecamatan Cilebar tanggal 24 Oktober 2018 peserta yang datang banyak sekali sampai 878 orang kasus. Paling banyak kasus tentang BPJS ada sekitar 256 orang dan ada 238 program keluarga harapan (PKH) yang konsultasi dan banyak lagi yang lainnya, sampai kami pulang kemalaman. Kegiatan KLIK yang mengecewakan ada di Desa Cilewo kecamatan Telagasari tanggal 28 November 2018 hanya 49 orang yang konsultasi. Pelaksanaan KLIK hampir tidak ada yang datang untuk konsultasi karena ternyata setelah ditanyakan ke aparat desa, alasannya bahwa aparat desa tidak menyampaikan ke warga dan adanya kesalahpahaman bahwa konsultasinya bisa diwakilkan saja ke aparat desa, ditambah lagi salah satu warga ada yang meninggal. Ketua Serikat Pekka Bu Astini mengatakan “Bahwa hasil evaluasi kedepannya menjadi pembelajaran buat panitia KLIK bahwa tidak boleh lagi bergantung ke aparat desa dalam sosialisasi mengenai penyelenggaraan KLIK ke masyarakat”. Semenjak kejadian itu setiap diadakan KLIK maka panitia yang woro-woro (keliling) ke masyarakat pakai sepeda motor untuk mengajak datang ke acara KLIK.  

     Di tahun berikutnya  aku ikut pelatihan jurnalis warga Pekka (JWP) di Bogor tanggal 25-28 Agustus 2019. Aku selalu diajak oleh ketua serikat Pekka dalam setiap kegiatan, karena aku harus membuat cerita, sekarangpun aku masih mengikuti pelatihan kelas JWP secara online. Alhamdulilah apa yang aku lakukan di setiap kegiatan serikat atau koperasi Pekka, pasti aku membuat cerita. Aku selalu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dan anak selalu membantu aku dalam berkegiatan, baik mengantar jemput atau pun menyemangati ketika aku mengeluh. Harapan aku kedepan Serikat Pekka Karawang khususnya dan seluruh Indonesia umumnya bisa semakin maju dan kuat.  

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Kisah Dewi, Si Kader Pekka dari Cianjur

Kisah Dewi, Si Kader Pekka dari Cianjur   Berawal d...

Demi Anak-Anakku, Aku Rela Berjuang Seorang D

Demi Anak-Anakku, Aku Rela Berjuang Seorang Diri: Kisa...

Leave a Comment