Menempa Jalan dari Kerasnya Kehidupan: Kisah
Menempa Jalan dari Kerasnya Kehidupan Usiaku sudah kep...
Pekka Memberiku Pengalaman Baru
Keakraban dan kekeluargaan itu yang kurasakan ketika aku pertama kali bergabung sebagai kader di Serikat Pekka Bireuen. Namaku Lenny Marlina, 27 Mei 1978 merupakan hari kelahiranku. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Aku tinggal di Desa Lerhob Barat, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Di desa, aku menjabat sebagai ketua kader posyandu sejak 15 tahun lalu, pekerjaan ini sangat aku senangi karena bisa menambah pengetahuanku tentang kesehatan melalui pelatihan-pelatihan yang aku ikuti.
Pada tahun 1999 bertepatan dengan usiaku yang ke 21 tahun, aku menikah dengan seorang laki-laki. Aku bersyukur mempunyai suami yang sangat pengertian dan memberikan kebebasan untuk beraktivitas dan berorganisasi. Aku juga dikaruniai 4 orang anak, 1 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Kegiatan sehari-hari selain ibu rumah tangga aku juga menerima jahitan, pekerjaan menjahit ini sudah aku lakukan sejak 25 tahun yang lalu, semenjak aku lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membantu meringankan ekonomi keluargaku.
Bulan Juli tahun 2019, Serikat Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) masuk ke desaku, karena desaku merupakan salah satu desa binaan Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (KOMPAK), merupakan kelompok yang didirikan berdasarkan inisiatif langsung dari masyarakat. Melalui visi dan misi yang disampaikan oleh Kader Pekka, aku sangat tertarik sehingga aku mau masuk menjadi anggota Pekka. Ketika pemilihan pengurus kelompok aku terpilih menjadi sekretaris kelompok Serikat Pekka Lerhob Barat yang beranggotakan 20 orang. Aku juga dipilih oleh teman-teman sesama anggota kelompok untuk mengikuti pelatihan Jurnalisme Warga Pekka (JWP) yang diadakan di Pusdiklat Altakarya di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Suatu pengalaman yang tidak akan terlupakan aku menjadi bagian dari Komunitas Pekka. Di pelatihan JWP inilah aku mulai memahami apa itu Pekka dan tujuan dari organisasi PEKKA. Di sini aku juga mengenal teman-teman dari daerah lain dan saling bertukar cerita, ada berbagai kisah dari teman-teman, seperti kisah sedih sebagai kepala keluarga karena cerai hidup, karena cerai mati, dan ada juga karena perselingkuhan. Dari semua kisah yang ada, sebagian besar yang menjadi korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
Setelah mengikuti pelatihan JWP, aku mulai aktif menulis berita tentang kegiatan Pekka dan cerita profil kader. Ada hambatan tersendiri yang aku rasakan dalam menulis karena aku sendiri masih pemula di dunia jurnalisme. Memilih kata yang pas dan alur cerita yang enak dibaca dan dipahami oleh pembaca merupakan salah satu kendalaku dalam menulis cerita.
Aku juga aktif di Serikat Pekka, seperti menjadi panitia di kegiatan Klinik Layanan Informasi dan Konsultasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (KLIK Pekka) terkait dengan pengurusan identitas diri seperti: KTP, KK, Akte kelahiran, Akte kematian, Kartu Identitas Anak, yang manfaatnya langsung di rasakan oleh masyarakat. Aku juga dilibatkan dalam kegiatan Diskusi Kampung, Forum Pemangku Kepentingan (FPK) dan diskusi dengan dinas-dinas terkait.
Di tahun 2020, pandemi Covid-19 melanda Indonesia yang mengakibatkan masyarakat tidak bisa beraktivitas dengan bebas. Hal ini juga berdampak pada kegiatan Pekka, sehingga di tahun ini kami kelompok Serikat Pekka Lerhob Barat juga tidak melakukan kegiatan. Baru di tahun 2021 Serikat Pekka kembali melakukan kegiatan, yaitu kegiatan gerakan ekonomi Pekka Mart. Pekka Mart Merupakan upaya komunitas Pekka membangun usaha dan pasar kolektif pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari komunitas Pekka dan masyarakat sekitarnya. Desa Lerhob Barat terpilih sebagai desa Pilot Project untuk usaha Pekka Mart yaitu jualan sembako. Pekka Mart Desa Lerhob Barat dibuka langsung oleh Kepala Desa Lerhob Barat sebagai bentuk kepedulian dan dukungan pemerintah desa terhadap Pekka Mart. Pekka Mart Lerhob Barat di buka dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan 20 orang anggotanya dengan sumber modal awal dari simpanan anggota yang berjumlah Rp 850,000. Kemudian kami juga menerima modal dari Yayasan PEKKA sebanyak Rp1,500,000 dan modal dari Koperasi Tuah Pekka Bireun sebanyak Rp2,000,000 sehingga kami sekarang bisa memenuhi kebutuhan barang belanjaan anggota lebih banyak. Pekka Mart di buka 2 kali dalam sebulan. Anggota merasakan banyak manfaatnya dengan Pekka Mart ini karena bisa memenuhi kebutuhan anggota.
Pekka telah memberiku pengalaman baru juga pengetahuan baru tentang jurnalisme. Aku sangat senang bisa menjadi Kader Pekka, walaupun aku bukan perempuan kepala keluarga tapi aku sangat ingin perempuan di desaku dilibatkan dalam kegiatan di desa dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Aku berharap agar perempuan di desaku mau melibatkan diri dalam kegiatan di desa dan melibatkan diri dalam kegiatan pengambilan keputusan. Karena selama ini bukan pihak pemerintah desa yang tidak melibatkan perempuan tetapi aku melihat perempuanlah yang enggan dan cenderung tidak mau peduli dengan kegiatan di desa. Ini terbukti pada kegiatan Pekka, hanya segelintir perempuan yang mau menjadi anggota Pekka.