Menambah Makna Perjuangan Orang Tua Melalui Pekka
Kisah Diri Lale Gadung Kembang

 

Aku menyaksikan sendiri, bagaimana orang tuaku berjuang agar aku bisa menjadi sarjana. Perjuangan mereka tambah bermakna setelah aku bergabung dengan Pekka.

Aku lahir di Sumbawa pada bulan September 1995, di sebuah dusun terpencil di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Namaku Lale Gadung Kembang. Saat ini aku berprofesi sebagai guru agama Islam di sebuah yayasan pondok pesantren di desaku. Selain itu, aku juga menjabat sebagai kepala sekolah di sebuah PAUD.

Aku lahir dari keluarga sederhana. Ayahku bekerja sebagai petani, dan ibuku bekerja di rumah. aku memiliki seorang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki. Meski hidup sederhana, orang tuaku memiliki keinginan kuat untuk menyekolahkan kami bertiga untuk bersekolah hingga ke perguruan tinggi. Mereka tidak ingin aku dan saudara-saudaraku hidup seperti mereka.

Alhamdulillah, aku dan kakakku mampu meraih gelar sarjana. Aku berhasil lulus dengan nilai cum laude dari Universitas Islam Negeri Mataram pada 2020. Meskipun untuk itu, ibuku banting tulang mencari uang untuk membiayai kuliahku. Beliau harus melakukannya, karena ayahku jatuh sakit saat aku masih duduk di semester pertama, dan  meninggal dunia pada 2018. “Ini adalah janji Ibu kepada ayahmu untuk menyekolahkanmu setinggi-tingginya. Kami tidak memiliki harta benda yang akan kami wariskan kepada kalian,” kata Ibu ketika aku menyatakan niatku untuk berhenti kuliah dan membantunya mencari uang.

Aku dipanggil pemilik sebuah yayasan yang menjalankan PAUD di dekat rumah. Beliau memintaku untuk membantunya mengajar. Aku menerima tawarannya, agar aku memiliki pengalaman kerja.

Baru tiga bulan mengajar, aku diajak bergabung di Kelompok Pekka Harum Manis oleh Minarti, yang juga anggota kelompok tersebut. Awalnya, aku tidak tertarik untuk bergabung, karena aku mendengar bahwa Pekka hanya untuk perempuan yang sudah bercerai. Aku hanya ikut-ikutan karena merasa tidak enak dengan Ibu Minarti.

“Lale, ikut saja pelatihan melalui Zoom tentang Madrasah Keluarga. Ini sesuai dengan jurusanmu.”

Pikiranku masih belum terbuka, hatiku belum terketuk untuk bergabung, meskipun aku mengikuti pelatihan tersebut. Aku masih dipengaruhi pemikiran bahwa kelompok Pekka hanya untuk perempuan yang telah berstatus janda. Begitu sempit pandanganku terhadap organisasi Pekka.

Pada 2022, aku berpartisipasi dalam kegiatan KLIK PEKKA, yang menjadi salah satu program Pekka. Kegiatan ini dilaksanakan di dua wilayah, yakni Kecamatan Jonggat dan Kecamatan Sukarara. KLIK PEKKA bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengakses pelayanan identitas, hukum, dan perlindungan sosial. Aku menjadi seorang pendamping pelaksanaan KLIK PEKKA untuk masalah identitas diri, membantu Dinas Catatan Sipil dalam melayani masyarakat yang perlu megurus dokumen kependudukan seperti KTP, Kartu Keluarga, dan Akta Kelahiran.

Dalam acara ini, ada seorang perempuan yang datang dengan membawa bayinya. Dia datang untuk mengurus Akta Kelahiran anaknya. Ternyata, perempuan ini tidak punya Surat Nikah, karena sewaktu menikah masih di bawah umur. Aku memintanya untuk meminta surat keterangan nikah dari desa, tetapi dia terlihat kebingungan. Bayinya pun terus-terusan menangis karena haus.

Awalnya dia hendak pulang, dan berniat mengurus Akta Kelahiran di lain hari. Namun, KLIK PEKKA hanya diadakan pada hari itu. Aku pun tidak tega. Akhirnya aku membantu mengurus persyaratan pembuatan Akta Kelahiran anaknya. Setelah lengkap, aku antar dia ke petugas Dinas Catatan Sipil, dan bisa diterima, sehingga Akta Kelahiran itu bisa langsung dicetak.

Senyuman yang memperlihatkan rasa lega pada wajah perempuan itu membuat pikiran dan pandangank berubah terhadap organisasi Pekka. Ternyata, Pekka adalah organisasi yang sangat terkait erat dengan kegiatan sosial, selain memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya korban KDRT, perceraian, dan lain-lain. Terhapus sudah kesan bahwa Pekka hanya untuk perempuan yang sudah menjadi janda dari pikiranku. Aku resmi bergabung dengan Pekka pada 2022. Aku merasa sangat senang bisa membantu dan meringankan beban orang lain, meskipun hanya sebatas apa yang bisa aku lakukan.

Hidupku jadi lebih berwarna setelah bergabung dengan Pekka. Aku ikuti berbagai kegiatan yang sudah menjadi program organisasi ini. Banyak hal yang aku dapatkan, terutama pengalaman yang aku dengar melalui kisah kehidupan para anggota Pekka lainnya.

Salah satu kegiatan Pekka yang aku syukuri adalah Madrasah Keluarga Muslim Indonesia. Sertifikat yang aku dapatkan dari pelatihan ini menjadi sebuah bahan pertimbangan yang membuatku diterima bekerja di Yayasan Pondok Pesantren di Desa Sukarara.

Setelah berpartisipasi dalam program KLIK PEKKA, aku menjadi tahu alur kepengurusan identitas diri, dan cara membuat BPJS. Aku juga menjadi percaya diri ketika harus pergi ke kantor pemerintahan, seperti Kantor Dinas Pendidikan untuk mengurus administrasi PAUD seperti perpanjangan Izin Operasional PAUD tempatku mengajar, juga agar mendapatkan Bantuan Operasional (BOP).(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment