Pekka: Jawaban untuk Kesepian dan Kebosananku

Suamiku meninggal dunia di tengah kebahagiaan rumah tanggaku yang nyaris tanpa jeda. Aku kembali ke kampung halaman tanpa rencana untuk berkegiatan apa-apa. Kejemuan pun melanda. Pekka lalu datang mengisi kehidupanku sehingga menjadi bermakna.

Panggil saja aku Pipiet, meskipun nama lengkapku adalah Fitratin Suliyana. Aku lahir di Kampung Tanahanyar, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur pada Mei 1971. Aku memiliki dua orang kakak, laki-laki dan perempuan. Ummi, begitu aku menyebut ibuku, meninggal dunia ketika aku masih duduk di kelas 2 SD. Aku dan kakak-kakakku diasuh oleh kakak perempuan dari Ibu. Beliau benar-benar menyayangi kami.

Masa kanak-kanak kulalui dengan bahagia dan ceria. Abah, ayahku, menyayangi kami dan menunaikan kewajibannya sebagai orang tua secara baik dan bijaksana. Alhamdulillah, perjalanan hidupku sejak kecil hingga perguruan tinggi kulalui dengan bahagia, ceria, dan tanpa beban.

Aku menikah ketika duduk di semester empat, dan memutuskan untuk berhenti kuliah. Suamiku berasal dari Sumenep, Madura, dan bekerja sebagai guru. Setelah menikah, aku ikut suami menetap di Madura. Rumah tangga kami senantiasa diwarnai keceriaan dan kebahagiaan. Aku dan suami sama-sama punya hobi traveling dan bersepeda ontel.

Kebahagiaan rumah tanggaku tiba-tiba harus berakhir. Pada 2020, suamiku meninggal dunia setelah empat tahun menderita melena. Selama sakit, suamiku harus menjalani transfusi darah agar tekanan darahnya tetap normal.

Kehilangan suami benar-benar membuatku merasa hancur. Aku tenggelam dalam kesedihan. Seratus hari setelah suamiku meninggal dunia, aku memutuskan untuk bangkit. Aku kembali bekerja sebagai guru di sebuah Taman Kanak-kanak. Kepolosan dan polah murid-muridku bisa membuatku sedikit terhibur.

Pada Oktober 2022, aku memutuskan untuk pulang kampung, meskipun kontrak kerjaku sebagai guru belum habis. Setelah kembali menetap di Panarukan, aku tidak memiliki kesibukan yang berarti. Kadang-kadang aku membaca novel melalui aplikasi di telepon pintar, atau bertemu dengan teman-temanku semasa sekolah.

Obat Mujarab untuk Kebosananku

Di tengah kebosananku, aku mendapat undangan untuk menghadiri sebuah pertemuan di Balai Desa pada 9 Januari 2023. Ibu RT yang mengantar undangan itu ke rumah.

“Ini undangan apa, Bu RT?” Tanyaku.

“Oh itu undangan Pekka, Bu Pipiet. Yang diundang khusus para janda. Saya ingin Bu Pipiet bergabung,” jawab Bu RT. Beliau juga menjelaskan, aku diundang karena aku dianggap supel, suka bergaul, suka traveling, dan cerdas.

Aku datang memenuhi undangan tersebut. Pertemuan ini difasilitasi oleh koordinator wilayah Pekka, Ibu Titin, juga anggota tim Pekka lain, yakni Ibu Rofiqoh. Ada juga perwakilan dari Dinas DP3AP2KB, Ibu Endah, serta Ibu Regina dari Forum Puspa Rengganis. Materi yang

disampaikan adalah pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak. Selain itu, juga dilakukan pembentukan kelompok Pekka, dan aku terpilih sebagai sekretaris kelompok.

Aku tidak mengira, pertemuan ini menjadi awal kesibukanku. Satu bulan kemudian, aku diminta mewakili ketua Pekka Kilensari untuk mengikuti Training of Trainer Forum Perempuan Desa dan Jurnalisme Warga Pekka (JWP) yang diselenggarakan Yayasan PEKKA. Pelatihan ini diadakan di kantor DP3AP2KB, dan difasilitasi oleh Nunik Sri Harini. Materi yang dipaparkan Mbak Nuni membuatku paham akan visi dan misi Yayasan PEKKA. Gerakan perempuan kepala keluarga yang dijalankan Yayasan PEKKA membuka mataku, bahwa perempuan, khususnya para janda, juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki, seperti hak memperoleh pendidikan, juga hak untuk bersuara dan berpendapat di masyarakat dan pemerintahan.

Di akhir pelatihan, aku ditunjuk sebagai koordinator Pekka Kabupaten Situbondo. Alasan para peserta memilihku adalah karena aku selalu bersikap ramah, pandai bergaul, dan mampu menguasai materi pelatihan.

Kegiatan pertama yang aku adakan setelah diangkat menjadi koordinator Pekka adalah mengadakan rapat untuk tingkat kabupaten. Acara ini diadakan di Desa Curahtatal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo, pada 25 Mei 2023. Peserta yang hadir berasal dari 6 desa dari 4 kecamatan, dengan masing-masing desa diwakili oleh 2 orang. Keenam desa itu adalah Desa Demung, Desa Kilensari, Desa Sumberkolak, Desa Curahtatal, Desa Kettowan, dan Desa Sumberanyar. Ada satu desa yang telah memiliki kelompok Pekka, tetapi tidak dapat mengirim perwakilan mereka, yakni Desa Wonorejo. Mereka tidak dapat hadir karena sedang panen bawang.

Pada 17 Februari 2023, aku dipercaya untuk menjadi penanggung jawab diskusi antartokoh agama se-Kabupaten Situbondo. Dalam acara ini, aku berkenalan dengan banyak orang penting, seperti Kyai Haji Imam Nakha’i, yang merupakan komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).

Sebagai penanggung jawab kegiatan, aku dituntut untuk membuat laporan kegiatan yang harus dikirimkan ke Yayasan PEKKA. Penulisan laporan kegiatan ini membuatku belajar bahwa hal ini tidak mudah. Berkali-kali laporan yang aku kirim dikembalikan oleh teman-teman di Sekretariat Nasional Pekka, karena laporan yang aku tulis tidak lengkap.

Aku telah beberapa kali menghadiri acara sebagai koordinator Pekka Kabupaten Situbondo. Pengalaman yang berkesan adalah ketika mengadakan Forum Perempuan Desa di Desa Wonorejo. Desa ini terletak di ujung timur Situbondo. Tiba-tiba, bus yang aku tumpangi mogok. Aku terpaksa naik ojek untuk sampai di Desa Wonorejo. Bukan itu saja, di hari itu, aku tiba di rumah larut malam. Itulah kali pertama aku pulang malam sendirian setelah menjanda.

Setelah bergabung dengan Pekka, terutama setelah terpilih menjadi koordinator, aktivitasku semakin bertambah dan terasa menjadi bermakna. Menjadi peserta Pelatihan Paralegal, misalnya. Pelatihan ini dimulai pada 20 Juni 2023, dan diadakan setiap pekan di Desa Kilensari. Pada Februari 2024, pelatihan ini masih berlangsung, dan telah memasuki pertemuan yang ke-20.

Pelatihan Paralegal ini memberi tugas kepada para peserta untuk melakukan kunjungan ke Pengadilan Agama pada 5 September 2023, Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU) pada 23 Desember 2023, Unit Pelaksana Teknis Daerah

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) DP3AKB pada 5 Januari 2024, dan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Situbondo pada 18 Januari 2024. Kami membahas banyak hal mengenai perlindungan perempuan dan anak, khususnya yang berkenaan dengan kekerasan, perlindungan hukum, dan bantuan hukum.

Meskipun sibuk sebagai koordinator Pekka tingkat kabupaten, aku masih mengikuti kegiatan rutin kelompokku, yakni arisan yang diadakan setiap 2 bulan. Aku berharap, komunitas Pekka di Kabupaten Situbondo akan berkembang, jumlah kelompok bertambah banyak, dan setiap anggotanya bisa memiliki penghasilan sendiri. Kemandirian ekonomi akan mempersempit celah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan ketergantungan perempuan pada suami.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Menjadi Perempuan yang Bermartabat: Kisah Dir

Menjadi Perempuan yang Bermartabat: Kisah Diri Suminah...

Menjadi Tulang Punggung Tidak Membuatku Berhe

Menjadi Tulang Punggung Tidak Membuatku Berhenti Kisah...

Leave a Comment