Pekka Ada, Perempuan Jadi Berdaya
Kisah Aimar Yuslifar

Cita-citaku untuk menjadi guru sempat kandas karena aku memutuskan untuk berhenti kuliah. Aku berhasil meningkatkan kapasitas diriku melalui berbagai kegiatan Pekka. Hasilnya, aku diangkat sebagai kepala PAUD di desa.

Namaku Aimar Yuslifar. Aku lahir pada April 1972 di Desa Tengah Pisang, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Aku tinggal di desa ini sampai kelas 5 SD, Setelah itu, aku pindah ke Banda Aceh, lalu ke Lhokseumawe, karena ayahku pindah tugas. Ayahku bekerja sebagai pegawai di PT Arun.

Orang tuaku terbilang mampu. Mereka sanggup menyekolahkanku sampai kuliah. Aku melanjutkan pendidikanku di sebuah perguruan tinggi di Lhokseumawe, setelah lulus SMA pada 1993.  Aku memutuskan untuk kuliah, karena aku bercita-cita untuk menjadi guru. Aku ingat ketika masih kecil, aku sering main sekolah-sekolahan, dan aku yang menjadi guru.

Entah mengapa, setelah memasuki semester 2, aku tidak tertarik lagi untuk belajar. Aku pun berhenti kuliah dan memutuskan untuk melamar pekerjaan ke perusahaan “Seagate” yang berkantor di Malaysia. Untuk bisa bekerja di negara itu, aku mengikuti berbagai macam tes kemampuan, seperti matematika, bahasa Inggris, dan biologi. Alhamdulillah, aku dinyatakan lulus. Aku berangkat ke Malaysia sepekan setelah dinyatakan lulus tes kemampuan. Ada tiga puluh delapan orang yang berangkat, dan kami dilepas oleh Bupati Aceh Utara.

Aku menikah pada 2006 dengan seorang laki-laki yang berasal dari Desa Batutulis, Kecamatan Joggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Kami dikaruniai seorang anak. Suamiku kembali merantau ke Malaysia setelah kami menikah, dan aku menetap di Aceh.

Aku bergabung dengan Pekka pada 2009, karena diajak seorang teman. Sebenarnya, temanku ini telah lama membujukku untuk bergabung, tetapi aku menolak terus. Namun, temanku dengan sabar menjelaskan apa itu gerakan pemberdayaan perempuan kepala keluarga. Aku pun tersadar bahwa aku termasuk dalam kategori perempuan kepala keluarga, karena suamiku pergi merantau. Kesadaran ini membuatku bersedia untuk bergabung.

Kegiatan yang aku lakukan bersama Pekka antara lain adalah kelompok tani dan berkebun, serta membuat sabun cuci piring dan kelapa gongseng. Kegiatan-kegiatan tersebut menambah penghasilan kami untuk menghidupi keluarga. Kami juga diajarkan untuk mengurus dokumen identitas, dan mendatangi Pengadilan Agama Kabupaten Aceh Selatan untuk bekerja sama dalam melakukan isbat nikah.

Pada awal Juli 2017, Serikat Pekka Aceh Selatan mengadakan KLIK PEKKA, dan aku terlibat sebagai panitia penyelenggara. Kami kewalahan menghadapi antusiasme masyarakat yang datang untuk berkonsultasi. Mereka mengatakan KLIK PEKKA membantu dalam mengakses hak atas dokumen identitas, juga mendapat hak atas bantauan dari pemerintah. Mereka bahkan meminta agar Pekka kembali melakukan kegiatan ini secara berkala.

Setelah aku semakin sering terlibat dalam kegiatan Pekka, aku mulai sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di pemerintahan, seperti musrenbang desa dan menyusun peraturan desa mengenai kekerasan.

Kapasitas diriku pun semakin bertambah. Aku telah mampu mengorganisir masyarakat di sekitar tempat tinggalku. Aku bahkan terpilih sebagai Kepala PAUD di desa. Semua itu berkat pembelajaran yang aku dapat dari berbagai pelatihan dan kegiatan yang diadakan Pekka. masyarakat semakin percaya kepadaku. Aku pun semakin bersemangat untuk menunjukkan, bahwa perempuan pun sanggup untuk berdaya.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment