Menebar Manfaat dengan Pasar Butut
Kisah Diri Ade Irma Suryani

Tugas sebagai mentor membukakan mataku, bahwa mengajak masyarakat untuk berubah tidak mudah. Kegiatan simpan-pinjam dan pemanfaatan sampah adalah jalan untuk mengajak mereka menuju kehidupan yang lebih baik.

Gunting Saga adalah kelurahan tempatku hidup bersama keluarga. Kelurahan ini terletak di Kecamatan Kualu Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatra Utara. Aku merasa damai dan tenang hidup di tempat ini, karena jauh dari hiruk-pikuknya kota.  Kicauan burung di pagi hari menandai dimulainya kegiatan rutin masyarakat. Mereka pergi bekerja lengkap dengan berbagai peralatan, seperti angkong. Pemandangan ini menggambarkan mata pencaharian dari sebagian besar penduduk di desa kami, yaitu buruh panen di ladang sawit.

Sebetulnya, aku dibesarkan di Desa Aek Loba, Asahan.  Aku lahir pada Juli 1983, sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Ayahku bekerja sebagai sopir truk, dan ibuku adalah ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya di rumah. Sebagai anak perempuan satu-satunya, rasa sayang orang tua lebih banyak tercurah kepadaku. Aku mendapatkan perhatian yang lebih dari ayahku seperti pemberian uang jajan yang lebih besar, bingkisan oleh-oleh yang lebih banyak, dan sebagainya. Terkadang perlakuan ini membuat saudara-saudaraku merasa iri dan menimbulkan keributan kecil, tetapi semua itu membuat kami semakin saling  menyayangi.

Aku mulai bersekolah pada 1989. Setelah lulus SD di tahun 1995, aku melanjutkan pendidikanku di sebuah SMP swasta, lalu ke sebuah madrasah aliyah swasta di Pulu Raja hingga lulus pada 2002. Selama bersekolah, aku aktif dalam kegiatan Pramuka, paskibra, dan pengurus OSIS. Aku bahkan sempat mengharumkan nama sekolah dengan terpilih sebagai anggota paskibra tingkat kecamatan. Selain itu, aku pernah meraih juara pertama Lomba Ketangkasan Baris Berbaris di tingkat kabupaten, juga sebagai anggota kelompok marching band yang meraih juara ke-3 dalam lomba marching band antar pelajar se-Kabupaten Asahan.

Saat masih duduk di kelas 3 aliyah, aku mendapat tawaran untuk mengajar ekstrakurikuler di SMPN 1 Pulau Rakyat. Aku menerima tawaran itu, karena tidak mengganggu kegiatan sekolahku. Kegiatan mengajar berlanjut setelah aku lulus dari madrasah aliyah. Aku bekerja sebagai guru honorer di sebuah SD negeri di Aek Ledong. Pekerjaan ini aku jalani selama 10 tahun. Awalnya, aku mendapat honor 100 ribu rupiah per bulan. Honor ini beberapa kali meningkat, hingga di tahun 2001 aku menerima 750 ribu rupiah per bulan.

Kesibukan mengajar membuatku lupa, bahwa usiaku terus bertambah. Sementara, aku belum memiliki pasangan hidup. Aku masih ingat ketika seorang teman mempertemukanku dengan seorang laki-laki, yang merupakan teman suaminya. Peristiwa ini terjadi pada Januari 2016. Singkat cerita, kami merasa cocok dan berkomitmen untuk melanjutkan hubungan kami ke tahap berikutnya. Ia pun datang ke rumah dan melamarku. Kami melangsungkan pernikahan  pada Juli 2016.

Suamiku bekerja sebagai petani dan buruh saat musim panen. Pendapatannya tidak cukup untuk kebutuhan kami berdua. Aku pun tetap bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.  Anak pertama kami lahir satu tahun kemudian. Di tahun yang sama, aku pindah ke rumah yang aku tempati hingga saat ini. Suamiku membangunnya sewaktu ia masih muda, hasil dari jerih payahnya bertani. Kepindahan ini membuat jarak tempuh ke tempat aku bekerja menjadi lebih jauh. Meski demikian, aku tetap menjalaninya dengan ikhlas.

Aku mendapat tawaran kerja dari Kantor Lurah Aek Kanopan Timur, Kecamatan Kualuh Hulu, pada 2021. Satu bulan setelah mengirim surat lamaran pekerjaan, aku mendapat panggilan, dan diterima sebagai staf. Aku pun berhenti dari pekerjaanku sebagai guru honorer. Tempat kerjaku pun menjadi lebih dekat dari rumah, hanya membutuhkan waktu 15 menit. Namun, di tahun ini, suamiku jatuh sakit. Ia tidak bisa bekerja lagi sampai saat ini. Berbagai metode pengobatan sudah ia jalani, tetapi hasilnya tetap sama.

Selain sibuk menjalankan tanggung jawabku sebagai ibu rumah tangga dan staf kantor kelurahan, ada beberapa kegiatan masyarakat yang aku ikuti. Di antaranya adalah perwiritan di lingkungan dan PKK di kelurahan. Satu kegiatan yang dilakukan PKK adalah membantu ibu-ibu membuat Kartu Keluarga, KTP, dan Akta Kelahiran. Kami bisa dengan mudah melakukannya, karena lokasi Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dekat dengan tempat tinggal kami. Hambatan justru datang dari para ibu yang kami bantu. Mereka merasa enggan mengurus, dan tidak memahami proses administrasi yang harus diikuti dalam pembuatan dokumen identitas yang mereka perlukan.

Berkarya bersama Pekka

Pada Mei 2021, beberapa kader Pekka Kabupaten Asahan berkunjung ke Kantor Lurah Aek Kanopan Timur. Mereka melakukan sosialisasi Akademi Paradigta (AP) Kewirausahaan, dan mencari 5 calon peserta akademia AP Kewirausahaan dari Kelurahan Aek Kanopan Timur. Para calon peserta yang akan mengikuti kelas AP Kewirausahaan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.

Saat kader Pekka datang, Lurah Aek Kanopan Timur sedang tidak ada di kantor. Aku pun menemui mereka untuk mewakili Pak Lurah. Ketika itu, aku kurang paham dengan apa yang dijelaskan oleh kader Pekka Asahan, sehingga aku kurang tertarik untuk menanggapinya. Aku malah terkesan tidak peduli dan mengacuhkan penjelasan mereka.

Dua bulan setelah kunjungan tersebut, yakni Agustus 2021, kelas Akademi Paradigta (AP) Kewirausahaan dimulai.  Meski merasa terpaksa, aku tetap mengikuti kegiatan ini. Setelah menyimak materi-materi yang disampaikan, aku merasa tertarik untuk terus mengikutinya.

Tugas dari akademi ini yang paling menantang adalah membentuk kelompok Pekka di desa. Aku merasa kesulitan dalam memengaruhi ibu-ibu untuk mau menjadi anggota kelompok Pekka. Mereka kurang dapat memahami manfaat menjadi anggota kelompok Pekka. Selain itu, mereka juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Meski demikian, aku berhasil membentuk satu kelompok yang beranggotakan 15 orang.

Kelompok kami baru membentuk koperasi simpan-pinjam. Uang yang digunakan untuk simpan-pinjam adalah uang swadaya dari kelompok. Meskipun jumlah uang yang bisa kami pinjam masih kecil, koperasi ini dapat membantu ibu-ibu dalam memperoleh modal usaha dengan jasa pinjaman yang rendah.

Kami juga merancang kegiatan yang akan kami jalankan selanjutnya, yaitu membuat kebun sayuran dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Hasil dari kebun sayuran ini dapat dibeli oleh anggota kelompok kami, atau kami jual ke masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal kami.

Akademi Paradigta Kewirausahaan ditutup dengan wisuda yang diadakan di Aula Desa Kanopan Ulu. Acara ini diadakan secara daring dan luring, yang digelar secara serentak di berbagai wilayah oleh Yayasan PEKKA.

Pada Januari 2023, kami mengadakan Forum Pemangku Kepentingan (FPK) yang dihadiri perwakilan dari beberapa instansi, yaitu: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Disperindag & UMKM), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bappeda, dan Camat Kuala Hulu. Dalam kegiatan ini, kami mendapat dukungan penuh dari para perwakilan instansi yang hadir.

FPK membuat kami dilibatkan dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan Disperindag & UMKM. Kami juga diundang untuk menghadiri seminar mengenai sosialiasi dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan, yang dilaksanakan Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak. Seminar ini diselenggarakan pada Februari 2023.

Sebagai kelanjutan dari AP Kewirausahaan, aku terpilih untuk menjadi perwakilan Labuhanbatu Utara untuk mengikuti Pelatihan Mentor Akademi Paradigta Kewirausahaan di Wisma Hijau, Depok, Jawa Barat. Dari pelatihan yang berlangsung selama 6 hari ini, aku mendapat banyak pengetahuan. Satu materi yang tidak pernah kulupakan adalah ketika fasilitator memberikan contoh bagaimana mengelola situasi di dalam kelas dengan baik tanpa ada emosi.

Saat ini, aku menjalani tugas sebagai mentor AP Kewirausahaan. Pesertanya berasal dari 4 desa dan 2 kelurahan, yaitu: Desa Pulo Dogom, Desa Perpoudangan, Desa Kenopan Hulu, Desa Suka Rame, Kelurahan Aek Kanopan, dan Kelurahan Aek Kanopan Timur. Akademi ini bertujuan untuk melahirkan generasi perempuan yang inklusif, dan membangun kepemimpinan perempuan dalam keluarga, meningkatkan kapasitas melalui ilmu yang mereka peroleh dari AP Kewirausahaan, terutama di bidang kewirausahaan. Selain itu, para peserta diharapkan dapat mengembangkan potensi kepemimpinan perempuan agar dapat aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangunan di wilayahnya.

Selain mendengarkan pemaparan materi di kelas, para akademia juga melakukan audiensi ke kantor-kantor dinas yang dapat membantu ibu-ibu pekka, seperti Disperindag & UMKM. Mereka diharapkan mau melibatkan kelompok Pekka dalam program-program yang mereka jalankan, misalnya pelatihan pengembangan usaha, pelatihan kuliner, dll.

Sampah Menjadi Sembako

 Sebagai mentor, aku tertantang untuk memanfaatkan sampah. Aku pikir, sampah bisa menjadi sesuatu yang bernilai, yang dapat membantu perekonomian ibu-ibu pekka. Akhirnya, aku berinisiatif untuk mengadakan “Pasar Murah Butut Tukar Sembako”. Pasar ini diadakan di desa atau kelurahan dengan waktu yang sudah ditentukan. Manfaat yang dirasakan masyarakat dari pasar ini membuat beberapa perangkat daerah meminta kami untuk mengadakan pasar ini di daerah mereka.

Sebelum pasar diadakan, kami menemui pengepul yang akan menerima barang bekas yang kami kumpulkan. Kami membuat kesepakatan agar sampah yang kami jual akan dihargai lebih mahal.  Sembako yang akan ditukarkan dengan sampah dari masyarakat kami beli dengan uang yang kami kumpulkan secara swadaya.

Ibu-ibu yang datang ke “Pasar Murah Butut Tukar Sembako” merasa senang, karena tidak harus mengeluarkan uang. Mereka cukup menukar sampah yang mereka bawa dengan sembako. Rasa lelah akibat membawa sembako dari satu desa ke desa lain tidak membuat kami patah semangat. Kami malah antusias untuk mengembangkan pasar ini.

Alhamdulillah, pada November 2023, sebuah stasiun televisi meliput kegiatan pasar ini. Dampak yang menggembirakan adalah perhatian dari Bupati Labuhanbatu Utara. Beliau meminta kami untuk melakukan audiensi, sehingga dapat mendengar langsung perkembangan pasar ini. Setelah mendengar penjelasan kami, Bapak Bupati berjanji akan memberi bantuan modal untuk pembelian sembako.

Berbagai kegiatan yang aku lakukan bersama anggota Pekka lainnya, dan dampak dari kegiatan-kegiatan tersebut membuat masyarakat di sekitar tempat tinggalku menjadi peduli akan Pekka. Mereka bahkan secara sukarela bersedia bergabung menjadi anggota Pekka.

Wawasan dan pengetahuan yang aku peroleh setelah mengikuti berbagai pertemuan dan pelatihan yang diadakan Yayasan PEKKA membuatku semakin percaya diri. Aku mulai dikenal masyarakat, dan semua itu menjadi pemicu semangatku untuk terus melakukan perubahan yang lebih baik. Keluargaku benar-benar memberi dukungan untuk kegiatan-kegiatanku, karena mereka tahu apa yang aku lakukan bersama Pekka memberi dampak positif, baik bagi diriku maupun bagi orang banyak.

Aku berharap komunitas Pekka dapat berkembang di Kabupaten Labuhanbatu Utara, mengingat berbagai kegiatan yang dilakukan komunitas ini telah membantu ibu-ibu Pekka, terutama dari segi ekonomi. Komunitas ini telah memberi kesempatan kepada ibu-ibu penyandang status kepala keluarga untuk saling menyemangati dan mendukung, agar mereka dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi, dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment