PEKKA Datang, Ekonomi Menguat
Kisah Diri Herlina

Ibuku berjuang melawan keterbatasan ekonomi demi aku dan adik-adikku. Setelah menikah, giliranku yang berjuang agar anak-anakku terpenuhi segala kebutuhannya. Pekka hadir di saat aku membutuhkan jalan baru untuk meningkatkan pendapatan dan kapasitas diri sebagai perempuan.


 

Aku biasa dipanggil Lina. Padahal, nama lengkapku adalah Herlina. Aku tinggal di sebuah dusun yang terletak di Desa Sipungguk, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Aku lahir di penghujung tahun 1995, dan memiliki dua adik laki-laki. Namun, aku punya 9 kakak tiri dari pernikahan Ayah sebelumnya.

Kami hidup berkecukupan, hingga usia pernikahan orang tuaku menginjak tahun ke-14. Ayahku menderita sakit paru-paru selama 2 tahun, dan akhirnya meninggal dunia. Selama ayahku sakit, keadaan ekonomi keluargaku benar-benar merosot. Sementara, aku dan kedua adikku masih bersekolah.

Ibuku tidak tinggal diam. Beliau bersikeras agar kami semua tetap bisa bersekolah. Apapun beliau kerjakan, asal bisa menghasilkan uang, termasuk memanen sawit yang biasanya dilakukan oleh laki-laki. Alhamdulillah, perjuangan Ibu tidak sia-sia. Kami bertiga berhasil lulus SMA.

Setamat SMA, aku bekerja di sebuah rumah makan yang berlokasi di Kuok, ibu kota Kecamatan Bangkinang Barat. Belum genap satu tahun bekerja, timbul benjolan di kedua ketiakku. Penyakitku baru sembuh setelah aku berobat ke sana-sini.

Aku bertemu dengan jodohku, setelah beberapa bulan aku sembuh. Saat ini, usia pernikahan kami telah 8 tahun, dan kami dikaruniai 3 orang anak. Awalnya, pernikahan kami merupakan masa yang amat sulit. Suamiku sulit memperoleh pekerjaan, sementara orang tua kami tidak menerima kami untuk tinggal bersama mereka. Mungkin, bagi mereka kami adalah beban.

Akhirnya kami bisa menempati rumah peninggalan ayahku, setelah ibu dan adik-adikku pindah ke rumah layak huni yang mereka dapatkan dari pemerintah. Di rumah itu, kami menanam singkong dan cabai di pekarangan rumah, juga mengerjakan sawah orang lain.

Pada 2019, aku diajak seorang teman bergabung untuk menjual produk lewat internet. Produk tersebut berupa pakaian, mukena, juga kosmetika. Alhamdulillah, ekonomi keluargaku perlahan membaik. Aku bahkan bisa membelikan ibuku ini-itu, sebagai balas jasaku kepada Ibu yang telah mementingkan pendidikanku dan adik-adik. Aku jadi tahu, seperti apa rasanya Ibu dulu. Ingin memiliki sesuatu, tetapi mengalah demi kebutuhan anak-anaknya.

 

Mengubah Jalan Hidup Bersama Pekka

Pada 16 Desember 2022, datang perwakilan Pekka ke desa kami, Ibu Datmi Widayanti dan Ibu Eli Hartika Rini. Mereka berdua diantar ketua Pekka Desa Ganting Damai, Ibu Soinem. Kedatangan mereka adalah untuk memperkenalkan organisasi Pekka, sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan kepada perempuan kepala keluarga. Mereka mengajak kami untuk bergabung. Aku dan teman-teman menyatakan kesediaan kami, dan di hari itu juga kami membentuk kelompok Pekka Desa Sipungguk, yang beranggotakan 15 orang.

Aku mendapat tantangan baru dalam hidupku, karena saat pembentukan pengurus kelompok, aku ditunjuk sebagai sekretaris. Awalnya aku tidak mau. Aku malu. Namun, dukungan dari teman-teman, juga Ibu Datmi dan Ibu Eli membuatku berani menerima tantangan ini.

Yayasan PEKKA bertujuan menyejahterakan kehidupan perempuan, terutama para janda. Tujuan itu betul-betul berusaha mereka wujudkan. Sebelumnya, para janda yang ada di desa kami bekerja sebagai petani. Mereka menanam sayur-mayur dan singkong, dan hasilnya mereka jual ke pasar. Lalu para fasilitator lapang dan kader yang datang ke desa kami mengajarkan cara mengolah bahan mentah menjadi beraneka jenis makanan siap saji. Sekarang, kami tidak lagi menjual singkong mentah ke pasar. Kami olah dulu menjadi keripik lado, kerupuk ubi, ganepo, onde-one, godok kubang, juga talam ubi. Setelah itu baru kami jual ke pasar, atau kami titipkan ke warung-warung.

Pendapatan kami menjadi jauh lebih baik. Keuntungan yang kami dapat nyaris tiga kali lipat dibandingkan dengan menjual singkong yang belum diolah. Selain mengolah singkong, kami juga mengolah ikan patin menjadi keripik, nugget, dan bakso. Semua berkat pengetahuan yang kami dapatkan dari Pekka. Alhamdulillah, kami semakin mandiri, dan desa kami semakin makmur.

Pekka juga telah mengubah diriku. Aku jadi sering ikut dalam berbagai pelatihan. Pengetahuan yang aku dapat dari pelatihan-pelatihan tersebut membuatku percaya diri dengan banyak orang, termasuk dengan mereka yang bekerja di kantor-kantor dinas.

Kegiatan yang aku ikuti antara lain adalah Musrembang Nasional Perempuan. Meski hanya hadir secara daring, aku bangga karena menjadi peserta dalam acara yang dihadiri oleh orang-orang dan organisasi-organisasi penting.

Satu bulan berikutnya, tepatnya pada 29-30 Mei 2023, aku mengikuti Pelatihan Kewirausahaan yang diadakan Dinas Koperasi Kabupaten Kampar. Ibu-ibu pekka mendapat pujian dalam pelatihan ini, karena selalu datang tepat waktu dan tidak pernah absen selama pelatihan.

Baru satu hari selesai pelatihan, aku bersama teman-temanku diminta untuk hadir dalam Forum Pemangku Kepentingan (FPK) yang dihadiri dinas-dinas terkait. Tujuan dari forum ini adalah membahas kesepakatan antara pemda kabupaten, kecamatan, desa, dan Pekka untuk bekerja sama mengadakan KLIK PEKKA di Kabupaten Kampar. KLIK PEKKA adalah program yang diinisiasi Yayasan PEKKA untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi layanan dasar identitas kependudukan, hukum.

KLIK PEKKA di Kabupaten Kampar diadakan pada 7 dan 8 Juni 2023, difasilitasi langsung oleh Nunik Sri Harini dari Yayasan PEKKA. Hari pertama diadakan di Desa Ganding, dan hari kedua diadakan di Desa Bukit Melintang. Kedua desa ini merupakan bagian dari Kecamatan Kuok.

Persiapan di hari pertama benar-benar mendebarkan. Aku dan rekanku, Melva, terpaksa mendorong motor yang kami gunakan untuk berangkat ke tempat pelaksanaan karena bannya bocor. Saat kami tiba, beberapa petugas dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil telah tiba. Mereka kebingungan karena meja yang kami sediakan tidak cukup. Ternyata, peralatan yang mereka bawa benar-benar banyak. Apalagi, petugas yang hadir mencapai 10 orang.

Di luar sedikit kesalapahaman dan kekurangsiapan kami sebagai panitia, acara KLIK PEKKA berjalan lancar. Para warga yang datang antusias dengan kegiatan ini. Di antara mereka yang datang, ada yang membuat Kartu Keluarga, melakukan perekaman KTP, KIA, juga untuk berkonsultasi mengenai isbat nikah. Ada satu peserta yang membawa anaknya yang menderita gangguan kesehatan mental untuk membuatkan KTP anak tersebut.

KLIK PEKKA yang diadakan di dalam lingkungan desa benar-benar memudahkan warga untuk mengakses dokumen identitas legal, yang seharusnya sudah menjadi hak sebagai warga negara. Kebanyakan dari mereka tinggal di daerah terpencil, dan perlu mengeluarkan biaya besar hanya untuk mengurus dokumen-dokumen legal yang mereka butuhkan di kantor-kantor pemerintahan. Selain itu, KLIK PEKKA membuat warga paham bahwa dokumen legal adalah hak mereka, dan penting untuk mereka miliki.

Aku seperti berada di dalam mimpi, ketika terlibat langsung menjadi panitia pelaksana KLIK PEKKA. Senang dan bangga bercampur-aduk di dalam hati, karena aku bisa membantu masyarakat secara langsung. Pekka benar-benar menjadi jembatan bagi perempuan dan masyarakat yang kurang mampu.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment