Semakin Bertambah Usia, Semakin Memberi Manfaat Untuk Masyarakat
Kisah Diri Datmi Widayanti 

 

Kemiskinan membalut hidupku sejak kecil. Hidupku semakin terpuruk setelah suami berselingkuh dan menikah lagi. Pekka membantuku bangkit dan senantiasa bersemangat menjalani hidup.


Datmi Widayanti adalah nama indah yang diberikan orang tuaku ketika aku lahir pada Februari 1973. Sebuah dusun yang diapit perkebunan kelapa sawit di Desa Seunebuk Punti, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang adalah tempatku lahir. Jarak dari dusunku ke desa adalah 2 kilometer. Kebanyakan penduduknya bekerja sebagai buruh perkebunan, peternak sapi, atau mengelola kebun milik orang lain.

Meski orang tuaku menggarap kebun sendiri, hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aku terpaksa mengubur cita-citaku untuk menjadi sekretaris, karena orang tuaku hanya sanggup membiayai sekolahku sampai tamat SD. Aku kemudian bekerja sebagai buruh harian di perkebunan milik PTP Nusantara 1 di Kabupaten Aceh Timur. Saat ini, aku berstatus janda dengan lima orang anak.

Aku menikah pada 1996 dengan seorang duda beranak 3. Pada saat itu usiaku sudah menginjak 24 tahun. Usia yang sudah cukup tua bagi masyarakat di sekitarku. Kami bercerai setelah menikah selama 15 tahun, karena suamiku berselingkuh dan kemudian menikah lagi. Ketika itu terjadi, aku sedang mengandung anakku yang paling kecil.

Sejak menikah lagi, suamiku jarang memberiku uang belanja dan hampir tidak pernah pulang. Aku terpaksa bekerja di kebun dan menjadi buruh cuci, juga berjualan kue meski dalam keadaan hamil. Aku melakukan semua itu demi anak-anakku, juga untuk membayar biaya persalinanku.

Aku dicerai hanya dengan kata-kata: “Aku talak kamu sebagai istriku dengan talak 1, 2, dan 3.” Setelah itu dia pergi begitu saja. Saat dia mengucapkan talak, ada saksi yang mendengarkannya. Hal ini membuat aku dan anak-anakku harus pergi dari rumah.

Adat dan budaya yang berlaku di daerah tempat tinggalku membuatku menjadi perempuan yang tidak mengerti harus berbuat apa setelah ditalak cerai. Aku tidak tahu harus mengadu kepada siapa. Orang tua dan keluargaku tidak ada yang peduli kepadaku.

Menyandang status janda bukanlah hal yang mudah. Seringkali aku menjadi bahan pergunjingan di kalangan tetangga, terutama laki-laki. Mereka menganggapku perempuan yang tidak mampu mengurus suami. Belum lagi aku harus menghadapi laki-laki hidung belang yang sering menggoda dan menganggap janda adalah perempuan kesepian dan butuh hiburan.

Pada awal November 2013, seorang tetangga, Tuti Harianti, mengajakku ikut berkumpul di rumah Ibu Samania. Menurut Tuti, akan ada tamu yang hendak mengajak kami membentuk kelompok simpan-pinjam. Tanpa banyak bertanya, aku ikut berkumpul. Tamu yang disebut-sebut Tuti adalah Lindawati dari Desa Matang Tepah, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang. Lindawati menjelaskan tentang Pekka dan mengajak kami bergabung dengan cara membentuk kelompok simpan-pinjam. Aku langsung tertarik untuk bergabung, dan kami pun langsung membentuk kelompok yang kami beri nama Kelompok Anggrek. Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba mereka memilihku sebagai ketua kelompok.

Di masa awal aku memimpin kelompok, aku belum paham tentang Pekka. Aku hanya tahu bahwa kami perlu berkumpul dan membentuk kelompok dengan kegiatan simpan-pinjam, juga membuat kebun kelompok. Tiga bulan setelah kelompok kami terbentuk, Lindawati tidak pernah datang lagi. Namun, aku dan teman-teman kelompok tetap berkegiatan seperti biasa.

Setelah sekian lama tidak terdengar kabarnya, pada 2017 Lindawati kembali mengunjungi kelompok kami. Kali ini dia ditemani seorang fasilitator lapang Pekka, Fazriah. Kami diberi Pelatihan Kepemimpinan Perempuan, yang menjadi pelajaran pertama yang aku dapat dari Pekka. Dari pelatihan ini aku tersadarkan bahwa pemimpin yang sesungguhnya adalah diri kita. Kita tidak bisa memimpin orang lain, apabila kita tidak bisa memimpin diri sendiri.

Selain itu, kami juga diberi Pelatihan Keuangan yang berisi cara mengelola buku kas, buku simpanan, buku pinjaman, serta Sisa Hasil Usaha (SHU). Pengetahuan yang aku dapat selama dua pelatihan ini membuatku semakin tertarik dengan Pekka.

Berbagai kesempatan berdatangan setelah itu. Pada Februari 2018, aku diminta untuk mengikuti Pelatihan Mentor Akademi Paradigta untuk kelas Kader Pekka. Pengalaman ini benar-benar mengesankan, karena aku naik pesawat terbang dan menginjakkan kaki di ibu kota negara, DKI Jakarta, untuk kali pertama. Dalam pelatihan ini, aku mengetahui lebih dalam mengenai Pekka, termasuk tujuannya, yakni memperjuangkan hak-hak perempuan agar mendapat keadilan dan perlindungan, baik di keluarga,  masyarakat, dan negara.

Pengetahuan yang aku dapat ini aku terapkan dalam Akademi Paradigta untuk para kader Pekka di Kabupaten Aceh Tamiang, yang diadakan pada April 2018. Aku bangga menjadi mentor untuk pelatihan ini, karena banyak dari lulusannya yang menjadi aparatur desa.

 

Satu tahun berikutnya, aku direkomendasikan oleh Kepala Desa Seunobok Punti dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk menjadi Ketua Kelompok Tani. Aku diminta untuk membenahi kelompok tani yang telah mati suri.

Berbekal ilmu yang aku dapat dari pelatihan-pelatihan yang diadakan Pekka, aku membenahi kelompok yang anggotanya tidak hanya perempuan ini. Aku memulainya dengan membuat peraturan kelompok, yang isinya antara lain adalah pengumpulan uang kas dan pertemuan rutin miimal setiap bulan. Alhamdulillah, kelompok yang bernama Kelompok Tani Rawa Harapan saat ini telah memiliki uang kas sebesar 6 juta rupiah yang digunakan untuk membeli seekor sapi untuk dikelola oleh para anggota kelompok. Selain itu, kelompok ini telah beberapa kali mendapat bantuan dari Dinas Pertanian seperti bantuan benih padi, bantuan alat pascapanen, dan bantuan ternak kambing.

Langkahku di Pekka semakin cemerlang setelah aku terpilih menjadi bendaraha Serikat Pekka Kabupaten Aceh Tamiang. Sejak terpilih, aku menerapkan uang kontribusi, seperti yang tertuang dalam SOP dan AD/ART, sehingga serikat memiliki uang. Setelah itu, aku terpilih menjadi anggota Federasi Serikat Nasional Pekka melalui Musyawarah Nasional yang diadakan bulan Maret 2022.

Perluasan Wilayah Pekka di Kabupaten Kampar

Sebagai pengurus federasi, aku mendapat tugas untuk memperluas wilayah Pekka. Tugas ini mengantarku ke Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Kota Pekanbaru.

Kabupaten ini terletak di tepi Sungai Kampar, dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani dan berkebun, serta budi daya ikan air tawar. Suku asli di kabupaten ini adalah Suku Ocu, sehingga bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Ocu.

Selama berkunjung di Kabupaten Kampar, aku ditemani staf Yayasan PEKKA, Mibnasah Rukanah, dan Wakil Ketua Federasi Serikat Nasional Pekka, Yusnita, serta seorang kader Pekka dari Desa Sipungguk, Nurina. Desa Sipungguk adalah tujuan kami, yang terletak di Kecamatan Salo. Di desa ini, aku bertugas membentuk kelompok Pekka.

Sebelum membentuk kelompok, aku menemui Kepala Desa Sipungguk untuk memperkenalkan Pekka. Sayangnya, Kepala Desa Sipungguk, Mawardi, tidak berkenan menemui kami karena alasan sedang sibuk. Kami hanya bisa bertemu dengan Kaur Desa, Rini, yang berjanji untuk mendiskusikan maksud kedatangan kami dengan kepala desa. Rini meminta waktu satu minggu.

Sambil menunggu jawaban dari Kepala Desa Sipungguk, aku pergi ke Desa Ganting Damai. Alhamdulillah, kepala desa ini, Hermunis, menyambut Pekka dengan baik. Beliau bahkan berkata, “Kapan Ibu mau bertemu dengan janda-janda, nanti saya minta kadusnya untuk mengumpulkan.”

Satu pekan kemudian, aku bersama Yusnita kembali ke Desa Sipungguk. Kami langsung menemui Rini, yang belum bisa memberi jawaban. Menurut dia, ibu-ibu di desa itu tidak mau dikumpulkan karena tidak ada uangnya. Mendengar jawaban itu, aku dan Yusnita memutuskan untuk langsung berangkat ke Desa Ganting Damai. Di desa ini, kami disambut oleh ibu-ibu yang telah menunggu kedatangan kami. Sayangnya, aku tidak bisa memahami sepenuhnya apa yang dikatakan oleh ibu-ibu itu, karena tidak semuanya bisa berbahasa Indonesia.

Di tengah perjalanan pulang, aku sempat disetop polisi jalan raya karena aku mengendarai motor tanpa mengenakan helm. Aku dan Yusnita sempat kebingungan. Akhirnya kami bisa terlepas dari sanksi tilang setelah aku menyodorkan surat tugas dari Federasi Pekka dan Kementerian. Sampai saaat ini, aku sering geli sendiri bila mengingat kejadian tersebut.

Aku masih penasaran karena belum berhasil membentuk kelompok Pekka di Desa Sipungguk, meskipun sudah 20 hari aku tinggal di Kabupaten Kampar. Aku tidak menyerah. Ketika aku datang kembali ke Desa Sipungguk pada 16 Desember 2022, aku menghubungi Ketua Pekka Desa Ganting Damai, Ibu Soinem. Beliau mengantarku dan seorang staf Pekka yang menemaniku untuk kunjungan kali ini, Mbak Eli Hartika Rini, untuk menemui ibu-ibu di Desa Sipungguk. Kali ini, kedatanganku berhasil membentuk kelompok Pekka yang tetap aktif berkegiatan hingga sekarang.

Memfasilitasi Forum Pemangku Kepentingan

Aku kembali ke Kabupaten Kampar di bulan Mei 2023. Pada kedatanganku yang ketiga kali di kabupaten ini, aku bertugas mengorganisir Forum Pemangku Kepentingan yang bertujuan untuk membahas pelaksanaan KLIK PEKKA.

Kunjungan kali ini terasa berat, karena sebelumnya aku harus menghadapi berbagai permasalahan keluarga. Aku harus mempersiapkan pernikahan anak pertamaku sebelum berangkat. Namun, baru empat hari anakku menikah, mantan suamiku meninggal dunia. Aku harus menghadiri pemakamannya, karena ada anakku yang tinggal bersama dia.

Satu pekan sebelum berangkat, aku mencoba menghubungi seorang kepala bidang di Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Ibu Ismulyati. Aku mengabarkan bahwa Pekka di Kabupaten Kampar akan mengadakan Forum Pemangku Kepentingan (FPK), tetapi kami perlu  melakukan kunjungan ke instansi-instansi terkait sebelum kegiatan tersebut diadakan. Ibu Ismulyati segera membalas pesanku dengan meminta surat kunjungan, yang akan beliau teruskan ke instansi-instansi yang akan diundang Pekka.

Dua hari setelah mengirim surat kunjungan kepada Ibu Ismulyati, aku berangkat ke Kabupaten Kampar. Dalam kunjungan kali ini, aku tinggal di rumah seorang pengurus Serikat Pekka Desa Ganting, Ibu Irawati. Selama dua hari pertama di Kabupaten Kampar, aku ditemani Irawati, dan dua kader Pekka, Ibu Linamarni dan Ibu Narni Lisgianti melakukan kunjungan ke dinas-dinas yang ada di Kabupaten Kampar, seperti DP3AP2KB.

Di kantor DP3AP2KB, kami diterima oleh sekretaris dinas ini, Ibu Amalia. Tanpa disangka-sangka, beliau berasal dari Kota Langsa, Aceh Timur, yang jaraknya tidak jauh dari kecamatan tempat tinggalku. Ibu Amalia ternyata juga seorang perempuan kepala keluarga. Aku menjelaskan maksud Pekka mengadakan kegiatan FPK serta tujuannya, yakni mengadakan kesepakatan bersama kantor-kantor dinas untuk bekerja sama mengadakan KLIK PEKKA.

Ibu Amalia menanggapi penjelasanku dengan sangat baik. Beliau bahkan menanyakan apa-apa yang kami perlukan, dan bahkan mempersilakan kami menggunakan Aula Kantor DP3AP2KB untuk acara. Beliau juga menugaskan seorang stafnya untuk mengantar kami berkunjung ke Kantor Bappeda.

Di Kantor Bappeda, kami sudah ditunggu Kabid Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat, Bapak Andika Yuli Pratama. Beliau menyambut kami dengan baik, dan berjanji untuk menyampaikan hasil kunjungan Pekka kepada Kepala Bappeda Kabupaten Sampar. Aku betul-betul bersyukur, karena usaha kami mengadakan FPK di Kabupaten Sampar berjalan dengan baik, berkan bantuan dari staf DP3AP2KB. Bahkan surat undangan dari Pekka didisposisi oleh kantor dinas ini.

Pelaksanaan FPK di Kabupaten Sampar berjalan lancar. Aku dibantu seorang kader dari Aceh Tamiang, Lindawati, dan Nunik Sri Harini dari Yayasan PEKKA. Alhamdulillah, semua instansi yang diundang hadir dalam acara ini.

Saat diskusi diadakan, Kepala Desa Bukit Melintang, Zulfikri, menjelaskan bahwa desa beliau merupakan desa dengan penduduk miskin ekstrim. Namun, masih banyak warga di desanya yang belum terjangkau oleh program perlindungan sosial. Kepala BPJS Kabupaten Sampar, Astini Putri, kemudian menjelaskan, bahwa kuota BPJS untuk program perlindungan sosial memang masih sedikit.

Aku bernapas lega, karena acara Forum Pemangku Kepentingan di Kabupaten Kampar berjalan lancar. Para perwakilan dinas yang hadir bersepakat untuk mengadakan KLIK PEKKA di Kabupaten Kampar. Aku pun bersyukur, karena meskipun usiaku tidak lagi muda, aku masih punya kesempatan untuk memberi manfaat kepada orang lain.

Terima kasih, Pekka. Karenamu aku bisa, karenamu aku banyak mendapatkan ilmu yang selama ini tidak pernah aku dapatkan. Dulu, aku dianggap seperti sampah yang tidak berguna, sekarang aku berguna untuk keluargaku dan juga masyarakat di sekitarku.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment