Pekka Mengubahku Menjadi Lebih Baik dan Bermanfaat
Kisah Diri Sundari

Lahir sebagai anak bungsu bukan berarti aku harus bermanja-manja pada orang tua. Dua perceraian membuat hidupku nelangsa. Pekka membuka wawasanku untuk memandang hidup yang begitu berharga, bila kita bermanfaat bagi sesama.


Aku tidak bisa bermanja-manja kepada orang tua, meskipun aku lahir sebagai anak bungsu dari 7 saudara. Penghasilan orang tuaku yang bekerja sebagai petani jauh dari cukup. Ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, aku telah bekerja sebagai buruh tani di ladang orang. Meski demikian, aku merasa harus bersyukur. Aku adalah satu-satunya anak orang tuaku yang bisa bersekolah, dan bisa tamat SMEA.

Seperti itulah kehidupanku. Aku diberi nama Sundari, lahir pada awal Agustus 1971 di Desa Parit Keladi, sebuah desa yang berada di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Setelah lulus SMEA, aku merantau ke Ambon, tempat seorang kakakku tinggal. Sebelumnya, aku bekerja di sebuah pabrik kayu lapis yang berlokasi tidak jauh dari tempat tinggalku di Desa Parit Keladi. Namun, aku berhenti bekerja karena sakit parah. Di Ambon, aku bekerja di sebuah rumah makan.

Baru beberapa bulan tinggal di Ambon, terjadilah kerusuhan yang membuat kota ini porak-poranda. Mendengar berita tentang betapa mencekamnya situasi di Ambon pada saat itu, orang tuaku mengirim uang agar aku bisa membeli tiket kapal dan pulang ke Kubu Raya.

Sepulang dari Ambon, aku menikah dua kali. Yang pertama karena aku dijodohkan oleh orang tuaku, yang malu melihat aku tidak kunjung menikah meski telah berusia 27 tahun. Suami pertamaku ini ternyata gemar berjudi dan sering berbohong. Aku menuntut cerai setelah lima tahun menikah.

Aku menikah untuk kedua kali dengan seorang duda beranak lima, setelah tiga tahun menjanda. Pernikahan keduaku ini hancur karena aku tidak sanggup menghadapi anak sambungku yang bungsu. Dia pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang. Selain itu, suami keduaku lama kelamaan sering bersikap kasar terhadapku. Akhirnya aku menggugat cerai, yang dikabulkan oleh Pengadilan Agama Sungai Raya pada Juli 2022.

Perceraian membuatku stres, pikiranku menjadi kacau, aku pun jadi malu dan takut untuk keluar rumah. Aku khawatir bila bertemu dengan tetangga. Aku bersyukur, orang tua dan kakak-kakakku memberi dukungan moral yang besar. Mereka juga memenuhi kebutuhanku sehari-hari, sehingga aku merasa tenang dan secara perlahan bisa melupakan kepedihan hidupku.

Di awal 2011, aku berkenalan dengan Ibu Komariah, seorang perwakilan dari Serikat Pekka yang berasal dari Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Beliau sengaja mengunjungiku, dan mengajakku bergabung dengan Pekka.

Aku baru memberi jawaban kepada Ibu Komariah melalui telepon tiga bulan kemudian. Aku katakan bahwa aku telah siap mengumpulkan ibu-ibu yang berstatus janda di kampungku, untuk mendapat sosialisasi tentang Pekka, dan membentuk kelompok.

Pertemuan dilakukan di rumah Ketua RW 04 Desa Sungai Kakap pada 6 Juni 2011. 39 orang hadir dalam pertemuan ini, tetapi ketika dibentuk kelompok, hanya 9 orang yang mau bergabung. Kelompok ini kami beri nama Tuna Asih, dan aku ditunjuk oleh Ibu Komariah sebagai pengurus tunggal.

Aku jadi sering mengikuti kegiatan yang diadakan Pekka. Pengetahuan, teman, dan informasi baru aku dapatkan dari berbagai pelatihan, seperti Pelatihan Visi, Misi, dan Motivasi Berkelompok, Pelatihan Kesehatan Reproduksi, Pelatihan Kepemimpinan, dan Pelatihan Hukum. Aku bahkan bisa berangkat ke Jakarta untuk mengikuti Pelatihan Pengorganisasian Masyarakat di tingkat nasional.

Langkahku semakin mantap, keberanianku perlahan muncul. Aku mulai berani mendampingi pembentukan kelompok, baik di kecamatan tempatku tinggal maupun di kecamatan lain, seperti Kecamatan Telok Pakedai. Aku pun mendapat kepercayaan dari koordinator lapangan, Kholilah, untuk memfasilitasi Pelatihan Visi, Misi, dan Motivasi Berkelompok untuk kelompok baru.

Mengukir Sejarah di Kabupaten Bungo

Pagi hari, tanggal 23 Juli 2022, aku bersama Mbak Devi Herawati dari Yayasan PEKKA tiba di Bandara Muaro Bungo, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Aku kesal karena ketika melihat lingkungan sekitar bandara yang gersang, penuh dengan tanah bekas galian tambang emas yang sudah tidak dikelola lagi. Entah apa yang ada di pikiran para pengelola tambang itu, membiarkan alam rusak begitu saja.

Kedatanganku ke Kabupaten Bungo merupakan bagian dari tanggung jawabku sebagai pengurus Federasi Serikat Pekka Indonesia. Aku ditugaskan untuk melakukan perluasan wilayah Pekka di kabupaten ini.

Aku besama Mbak Devi memulai kegiatan kami di Kabupaten Bungo dengan berkunjung ke Kantor BAPPEDA. Kami diterima oleh Kepala Bidang Sosial dan Budaya, yang menyambut kunjungan kami dengan sangat baik. Beliau memahami progam dan tujuan kedatangan Pekka di Kabupaten Bungo yang dijelaskan oleh Mbak Devi, dan bahkan bersedia membantu kami dalam melakukan kegiatan Pekka.

Di hari yang sama, dengan ditemani seorang kader Kabupaten Bungo, Temu Susiah, kami juga mengunjungi Kantor Dinas Sosial. Kami disambut secara baik oleh Kepala Bidang DP3AP2KB, Bapak Muhammad Jadjius, Kepala Seksi Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak, Ibu Rina Ariani, serta Kepala Seksi Pengendalilan Penduduk, Bapak Alhusaini. Bapak Jadjius memberi banyak informasi mengenai wilayah yang siap untuk kami jadikan sasaran sosialisasi dan pembentukan kelompok, yaitu Kecamatan Rimbo Tengah, juga Kecamatan Muko-Muko. Beliau juga segera membekali kami surat pengantar untuk mempermudah kami melakukan kunjungan ke kantor kecamatan yang telah beliau rekomendasikan.

Untuk memudahkan komunikasi dalam perjalanan menuju kantor kecamatan-kecamatan dan desa-desa yang menjadi tujuan pengembangan wilayah Pekka, kami mengajak Rina Ariani dari DP3AP2KB untuk menjadi penunjuk jalan dan penerjemah bahasa setempat.

Kepala Desa Sungai Buluh, Kecamatan Rimbo Tengah bernama Datok Rio Suwardi. Datok Rio adalah penyebutan untuk kepala desa dalam bahasa setempat. Selain menjadi kepala desa, datok rio juga berfungsi sebagai pemangku adat.

Datok Rio Suwardi menyambut kedatangan kami dengan baik. Beliau pun menjadwalkan pertemuan Pekka dengan ibu-ibu penyandang status perempuan kepala keluarga yang ada di Desa Sungai Buluh pada 3 Agustus 2022. Berkat dukungan beliau, terbentuklah kelompok Pkka di Desa Sungai Buluh, dengan jumlah anggota 10 orang.

Begitu seterusnya yang kami lakukan di enam desa lainnya. Kami membentuk kelompok di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Muko-Muko dengan dukungan Datok Rio, Nasri Rahmat, pada 13 Agustus 2022. Pembentukan kelompok ini diadakan di Aula Kantor Desa Tanjung Agung, dengan jumlah anggota 44 orang. Kelompok di Desa Pekan Jum’at terbentuk pada 7 Agustus 2022, dengan anggota berjumlah 28 orang. Setelah itu berturut-turut terbentuk kelompok di Desa Tebat pada 8 Agustus 2022, yang beranggotakan 52 orang; 31 orang membentuk kelompok di Desa Baru Pusat Jalo pada 9 Agustus 2022.

Kami berpindah ke Kecamatan Bungo Dani yang mencakup 4 desa: 2 kelompok terbentuk di Desa Sungai Arang pada 13 Agustus 2022, 59 orang membentuk satu kelompok di Desa Sungai Arang 1, sementara di Desa Sungai Arang 2 terbentuk 1 kelompok beranggotakan 46 orang. Perjalanan kami ditutup dengan membentuk kelompok di Desa Pulau Pekan pada 25 Agustus 2022, dengan jumlah anggota 25 orang.

Ada banyak kesulitan yang kami temui selama membentuk kelompok di Kabupaten Bungo, salah satunya adalah kesulitan mendapatkan sinyal telepon genggam, sehingga kami sulit berkoordinasi dengan datok rio dan ibu-ibu pekka. Kesulitan lainnya adalah menentukan jadwal pertemuan untuk membentuk kelompok. Mayoritas perempuan kepala keluarga yang kami temui bekerja sebagai petani, pedagang, dan buruh, sehingga jadwal pertemuan harus kami sesuaikan dengan pekerjaan mereka.

Selain itu, sulit untuk menghapus dari pikiran ibu-ibu, bahwa kami datang untuk membentuk kelompok, bukan memberikan bantuan. Untuk mengatasi tantangan ini, aku dan Temu Susiah selalu berkoordinasi dengan datok rio setempat. Mereka yang akan mengundang ibu-ibu untuk hadir dalam pertemuan pembentukan kelompok, juga memberitahukan bahwa kedatangan pekka adalah untuk membuka wawasan dan memberi pengetahuan agar perempuan kepala keluarga yang ada di desa itu bisa maju dan tidak termarjinalkan.

Kegiatan selanjutnya adalah memfasilitasi Pelatihan Visi, Misi, dan Motivasi Kelompok. Kegiatan ini kami lakukan di setiap kelompok Pekka, sejak Agustus hingga Desember 2022. Selain pelatihan ini, aku dan Temu Susiah juga memberikan pelatihan untuk pelatih (Training of Trainers) Forum Perempuan Desa, yang bertujuan meningkatkan keberanian berbicara dan memfasilitasi pertemuan untuk pengurus kelompok. Pelatihan ini dilakukan di Aula Kantor Desa Sungai Arang pada 22 dan 23 Agustus 2022, dengan dihadiri 10 peserta.

Saat ini, Serikat Pekka Kabupaten Bungo telah memiliki kader-kader hebat, di antaranya adalah Rumini (koordinator wilayah), Nurfalina, Nurlela, Gusriyanti, Mediana, Mbah Yati, Nuti Arisanti, Nurhayati, Safrida, Dewi Sumanti, Sarniati, Lina dan Wati. Mereka semua telah bisa  memfasilitasi kegiatan, seperti KLIK PEKKA. Jumlah anggota Pekka di Kabupaten Bungo pun bertambah, dari 295 menjadi 390 orang. Serikat Pekka di Kabupaten Bungo telah dikenal oleh masyarakat dan pemerintah kabupaten, terutama setelah KLIK PEKKA diadakan di kabupaten ini.

KLIK PEKKA yang pertama di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, diadakan di Aula Kantor Desa Tanjung Agung pada 17 Juli 2023. Kegiatan ini dihadiri 96 peserta dengan 120 kasus yang berhasil ditangani. KLIK PEKKA di Desa Tanjung Agung ini memberi banyak pelajaran para anggota Pekka, untuk mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan. Pelajaran-pelajaran yang didapat ini kemudian mempermudah pelaksanaan KLIK PEKKA berikutnya, yakni yang diadakan di Desa Mangun Jayo pada 20 Juli 2023 yang dihadiri 87 orang dan menangani 105 kasus, serta KLIK PEKKA di Desa Pulau Pekan yang diadakan pada 27 Juli 2023, dengan jumlah peserta 94 orang dan kasus yang ditangani sejumlah 130.

Aku bersyukur karena kerja keras dan perjuangan ibu-ibu Pekka dalam menyelenggarakan KLIK PEKKA membuahkan hasil yang baik dan menyenangkan. Masyarakat Kabupaten Bungo bisa menerima KLIK PEKKA dan perangkat desa merasa terbantu. Datok Rio Desa Tanjung Agung, Nasri Rahmat, bahkan mengatakan bahwa dia ingin agar KLIK PEKKA bisa diadakan di desanya setiap tiga bulan. Pernyataan yang sama datang dari Datok Rio Desa Mangun Jayo, Umar, dan Datok Rio Desa Pulau Pekan, Bustami.

Pertarungan Antara Keberhasilan dan Kegagalan

Aku kembali ke Kabupaten Bungo pada 5 Juli 2023. Kedatanganku kali ini bertujuan untuk mendampingi pelaksanaan Forum Pemangku Kepentingan di Kecamatan Muko-Muko. Dalam kunjungan kedua ini, aku didampingi koordinator Pekka Kabupaten Bungo, Rumini, juga beberapa kader yakni Mbah Yati, Gusriyanti, dan Nuri Arisanti. Untuk mengadakan FPK, aku melakukan kunjungan ke Kantor Dinas Pertanian, Disdukcapil, Dinsos, DP3AP2KB, Pengadilan Agama, BPJS, Bappesa, Dinkes, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), pemerintah kecamatan dan pemerintah desa.

Ketika kami melakukan kunjungan untuk memberi sosialisasi mengenai kegiatan FPK, kami tidak bisa menemui kepala dinas karena mereka sedang ada kegiatan di luar kantor. Hal ini menyebabkan kami tidak bisa mendapatkan kepastian apakah mereka bisa menghadiri kegiatan FPK. Kami melakukan berbagai upaya untuk menemui pejabat tinggi dinas, seperti  mengunjungi rumah Bapak Darwis, Sekretaris Disdukcapil pada malam hari. Bapak Darwis bersedia memastikan kehadiran perwakilan dari dinasnya untuk hadir dalam FPK. Sama halnya dengan Disdukcapil, kunjungan ke rumah juga kami lakukan ke Datok Rio Tanjung Agung (Nasri Rahmat), TKSK Kecamatan Bungo Dani (Faisal), dan TKSK Kecamatan Mukomuko (Rade Saputra). Aku juga meminta mereka untuk mengirim perwakilan yang berani mengambil keputusan, karena kami akan meminta mereka menandatangani komitmen bersama sebagai tanda kesepakatan penyelenggaraan KLIK PEKKA.

Forum Pemangku Kepentingan di Kecamatan Muko-Muko diadakan pada 13 Juli 2023. Acara ini dibuka oleh perwakilan Kecamatan Muko-Muko, Bapak Agusti dan staf dari Kantor Dinas P3AP2KB, Rina Ariyani. Kegiatan ini kemudian difasilitasi oleh Mbak Devi Herawati dari Yayasan PEKKA Jakarta, yang memaparkan penjelasan mengenai Yayasan PEKKA dan tujuan dari pelaksanaan Forum Pemangku Kepentingan.

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari perwakilan Pengadilan Agama Kabupaten Bungo, Ibu Hidayah. Beliau juga menyatakan dukungan dan kesiapannya untuk menjadi bagian dari acara yang akan diadakan oleh Pekka. Apresiasi yang sama datang dari perwakilan BAPPEDA, Bapak Yunardi, dan perwakilan Kecamatan Muko-Muko, Bapak Khomzini. Setelah itu, Mbak Devi memintaku untuk memfasilitasi penandatangan kesepakatan dari para pemangku kepentingan. Dalam acara penandatanganan ini, disepakati bahwa Dinas Sosial akan menjadi focal point kegiatan KLIK PEKKA di Kecamatan Muko-Muko.

Pengalaman ini tidak mungkin aku lupakan sampai kapan pun. Pelajaran yang aku dapatkan dari kunjungan ke Kabupaten Bungo adalah bahwa kita, sebagai manusia, harus bisa menghormati dan menghargai orang lain tanpa melihat status, pangkat, jabatan dan kedudukan orang tersebut. Kita harus bisa rendah hati, tidak egois, tidak bekerja sendiri, dan selalu melibatkan Sang Pencipta dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan, karena Dia adalah Pemilik Alam ini.

Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang aku dapatkan sejak bergabung dengan Pekka. Semua itu membuatku berani mendaftarkan diri untuk menjadi anggota BPD Perwakilan Dusun Cendrawasih, dan aku berhasil terpilih dengan masa jabatan 2015-2020. Di tahun yang sama aku juga menjadi kader Posyandu Lansia dan Kader desa untuk Program PNPM Generasi. Setelah mengikuti Pelatihan Mentor Akademi Paradigta dan menjadi mentor di tahun 2016, aku terpilih menjadi pengurus Federasi Serikat Pekka Indonesia.

Selain mengharapkan Pekka akan semakin banyak memiliki anggota dan semakin maju, ada satu mimpi yang ingin aku raih: aku ingin membangun sebuah toko, sehingga di hari tua kelak aku memiliki usaha dan tabungan, dan tidak merepotkan anak-anakku.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment