Menjadi Tulang Punggung Tidak Membuatku Berhenti
Kisah Diri Henny Dwi Prihastuti Mustikaningsari

Pengorbananku untuk suami malah memberiku hidup yang getir. Perselingkuhannya membawaku ke titik nol dalam kehidupanku. Melalui PKK, aku bertemu dengan Yayasan PEKKA. Perlahan tapi pasti, aku belajar untuk membuatt diriku berdaya bagi keluarga.

Henny Dwi Prihastuti Mustikaningsari. Namaku panjang, bukan? Aku pikir, orang tuaku memberi nama itu dengan harapan aku akan panjang umur dan menjadi batu mewah dalam kehidupanku. Aku lahir di Magelang, pada November 1976. Aku memiliki seorang kakak dan dua orang adik.

Kami pindah ke Medan ketika aku duduk di bangku SMP. Dua tahun kemudian, ayahku kembali dipindahkan tugasnya. Dari Medan, kami pindah ke Jakarta. Aku tidak memiliki masalah dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Aku malah merasa senang, karena temanku bertambah banyak.

Setelah lulus SMA, aku mengambil kuliah program Diploma 1, dan setelah itu aku melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Nasional Jakarta, jurusan bahasa Inggris. Kuliah aku jalani sambil bekerja di sebuah bank milik BUMN. Aku tidak merasa berat menjalani kuliah sambil bekerja. Aku baru merasa kewalahan setelah menikah pada 2004. Aku kesulitan mengatur waktu dan tenaga antara kuliah, bekerja, dan mengurus keluarga. Akhirnya, aku lebih memilih bekerja dan mengurus keluarga.

Lama kelamaan, aku merasa kehidupan rumah tanggaku tidak sesuai dengan yang aku harapkan. Aku harus membanting tulang untuk memenuhi ketiga anak kami. Meskipun aku selalu mengalah, berharap suatu saat perilakunya berubah, tetapi keadaan ekonomi rumah tanggaku semakin buruk. Namun, bukannya berusaha memperbaiki keadaan, suamiku malah memilih untuk tinggal bersama perempuan lain yang ia anggap lebih mampu secara ekonomi. Aku pun memilih untuk berpisah.

Melangkah di Titik Nol

Setelah bercerai, kehidupanku semakin berat. Alih-alih memberi nafkah untuk anak-anakku, ia malah meninggalkan beban utang yang besar. Uang pesangon dari bank tempatku bekerja habis untuk membayarnya. Aku memang telah terbiasa mencari nafkah sendiri. Namun, saat itu aku benar-benar kebingungan, karena aku berada di titik nol. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku tidak pernah berdagang, tidak punya pengalaman membuka usaha.

Aku bersyukur anak-anak tetap bersamaku. Merekalah penyemangatku, motivasiku untuk terus berjuang dan membuat pikiranku tetap waras. Sampai suatu hari, ada seorang tetangga yang mengajakku untuk ikut kegiatan PKK. Kegiatan ini memungkinkanku meningkatkan kapasitas diri.

Satu langkah pembuka untuk diriku adalah ketika aku ditunjuk untuk menjadi ketua dasawisma, yaitu kelompok yang terdiri dari 11 sampai 20 rumah. Sebagai ketua dasawisma, aku mendapat honor sebesar lima ratus ribu rupiah setiap bulan. Aku juga jadi tahu alur pengajuan bantuan ke pemerintah untuk menunjang biaya pendidikan anak-anak. Alhamdulillah, semua itu benar-benar membantu kelancaran pendidikan anak-anakku.

Bergabung dengan Tulang Punggung Lain

Melalui kegiatan PKK, aku dipertemukan dengan Yayasan PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga). Aku mendapat informasi dari pihak Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan, bahwa Yayasan PEKKA mencari perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga untuk mengikuti pelatihan.

Undangan itu membuatku tertarik untuk mengikuti pelatihan yang bernama Akademi Paradigta Kewirausahaan (APK). Aku menduga bahwa pelatihan tersebut akan berisi materi mengenai kiat-kiat menjadi pengusaha. APK dimulai pada Oktober 2023, bertempat di Aula Kecamatan Jagakarsa. Dalam pelatihan ini, aku bertemu dengan beberapa teman dari beberapa kelurahan. Ada juga tetanggaku satu RT, Ibu Ahiyah, dan satu kelurahan, Ibu Fara. Kami tergabung dalam ibu-ibu dari Kelurahan Jagakarsa. Kami pun diperkenalkan dengan para mentor, yakni Ibu Rima, Ibu Irma, Ibu Dewi, dan Ibu Risa. Mereka menjelaskan tentang definisi gerakan pemberdayaan perempuan kepala keluarga, dan apa tujuan dari program-program Yayasan PEKKA.

Para mentor secara bergantian memberikan materi, yang diawali dengan belajar memperkenalkan diri dan berbicara di depan forum. Setelah itu, kami diajarkan berdiskusi dan berpendapat. Melalui diskusi kelompok, kami diajarkan berorganisasi dengan membentuk kelompok. Materi pelatihan ini juga berisi pelajaran kemandirian, yang sesuai dengan definisi pekka, yaitu perempuan kepala keluarga. Mereka adalah perempuan yang memegang peranan dalam mencari nafkah dan pengambil keputusan untuk keluarga.

Pada awalnya, aku berpikir materi yang diberikan selama APK tidak sesuai dengan ekspektasiku. Namun, aku tetap mengikuti semua kelas dengan harapan aku akan mendapat pengetahuan untuk berwira usaha. Sedikit demi sedikit, aku mulai bisa memahami program-program yang mereka tawarkan. Menurutku, APK lebih bertujuan untuk memotivasi para pesertanya. Terkadang, aku merasa jenuh saat berada dalam kelas. Namun, melihat semangat teman-temanku dalam belajar, motivasiku untuk lebih memahami kewirausahaan bangkit kembali.

Kami belajar setiap Rabu dan Kamis, selama 3 bulan. Para peserta, dengan didampingi mentor, mendiskusikan sebuah masalah untuk mendapatkan kesimpulan serta solusi. Kebosanan yang aku rasakan setiap mulai belajar terhapus melalui kegiatan pencairan suasana yang dilakukan setiap kali kelas akan dimulai. Kami tertawa bersama, menikmati rasa kekeluargaan yang terbangun di antara kami.

Satu tugas dari APK yang aku rasa menyulitkan adalah mewawancarai pemilik usaha. Ada responden yang tidak mau memberikan informasi dengan alasan takut, malas, atau tidak mau diketahui kondisi usahanya. Namun, ada juga yang bersemangat menjelaskan, dengan harapan mereka akan mendapatkan modal usaha. Melalui wawancara inilah, kami belajar berwirausaha secara langsung.

Melangkah Bersama Pekka

Setelah lulus dari Akademi Paradigta Kewirausahaan, aku jadi sering diikutsertakan dalam kegiatan yang diadakan Yayasan PEKKA. Di antaranya adalah Pelatihan Jurnalisme Warga Pekka pada Juli 2023, yang diadakan di Wisma Hijau, Depok. Selain itu, aku juga dilibatkan dalam Forum Pemangku Kepentingan di Kelurahan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, PEKKA-PRODUKSI yang diadakan selama 3 bulan, dan Peringatan Hari Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan 2023 di Gelora Bung Karno.

Untuk saat ini, aku dan ketua kelompokku, Ibu Fara Mizani, masih berusaha untuk mengembangkan kelompok. Kami masih kesulitan untuk mengajak ibu-ibu yang masuk dalam kategori perempuan kepala keluarga di lingkungan kami, karena kendala waktu dan kesibukan. Pertemuan rutin bulanan pun belum bisa kami adakan, karena kebanyakan anggota kelompok kami tergabung dalam PKK. Mereka masih berpikir untuk lebih aktif dalam organisasi ini.

Aku mulai merasakan manfaat dari APK yang aku ikuti. Aku bersama teman-teman di kelompokku, yang beranggotakan 11 orang, untuk memulai usaha dengan mengikuti bazaar yang diadakan di kelurahan-kelurahan di Kecamatan Jagakarsa. Semoga Allah membukakan jalan untukku memperoleh rezeki melalui kegiatan bersama Pekka.

Hal lain yang aku pelajari adalah, aku belajar mengeluarkan pendapat dan mendiskusikan setiap masalah yang aku alami. Aku masih harus terus belajar demi masa depan anak-anakku. Semoga dengan mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan Yayasan PEKKA, pengetahuan dan wawasanku bertambah. Kapasitas diriku akan meningkat, sehingga aku memiliki peluang untuk maju dan berkembang.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Menebar Manfaat dalam Kehidupan yang Serba Te

Menebar Manfaat Dalam Kehidupan Yang Serba Terbatas Ki...

Bangkit dan Kembali Kuat Lewat Sungai Kehidup

Bangkit dan Kembali Kuat Lewat Sungai Kehidupan Kisah ...

Leave a Comment