Berjuang Menata Hidup Kembali
Kisah Diri Murtiana Murtiana Dewi Safitri

 

Setengah putus asa aku mencoba bangkit setelah kematian suami. Meski didukung keluarga, cemoohan orang sering membuatku sakit hati. Aku mencoba menekuni kegiatan yang diadakan Serikat Pekka. Semoga berbagai pengetahuan dan wawasan yang diberikan nantinya bermanfaat bagiku dan masyarakat.


Aku bernama Murtiana Dewi Safitri, lahir di sebuah desa di Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, pada Agustus 1977. Desa tempatku tinggal terletak di kaki Gunung Rajabasa. Lingkungan di desa ini masih terjaga keasriannya, dan udaranya sejuk. Umumnya, penduduk di wilayah ini bekerja sebagai petani kopi dan cengkeh, dan masih memegang teguh adat istiadat, seperti ruwat bumi, atau sedekah bumi.

Pendidikanku hanya sampai kelas 2 SMA. Saat itu aku memutuskan untuk berhenti bersekolah dan membantu orang tua mencari nafkah dengan cara menyanyi dari panggung ke panggung. Aku menikah di usia 20 tahun dengan karyawan sebuah perusahaan swasta. Kami berkenalan saat aku menerima undangan bernyani di Desa Merak Belantung. Ketika itu, dia datang sebagai tamu.

Kami dikaruniai dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Namun, kebahagiaanku terenggut ketika suamiku meninggal dunia. Kejadian itu membuatku merasa hancur dan sedih. Aku hanya bisa meratapi nasib. Aku khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan anak-anakku seorang diri. Aku khawatir anak-anakku tidak bisa bersekolah sampai perguruan tinggi.

Aku bersyukur orang-orang di sekelilingku menaruh simpati atas nasibku. Mereka mendukung dan menguatkanku. Aku pun menjadi sadar, bahwa aku harus kuat menerima takdir yang telah ditetapkan Allah.

Meski demikian, menyandang status janda bukan hal yang mudah. Masih ada saja orang yang memandang janda sebagai status yang kurang baik. Aku sering mendengar cemoohan orang-orang yang tidak suka kepadaku, hanya karena aku seorang janda. Aku hanya bisa menanggapi cemoohan itu dengan tenang dan sabar.

Pada 27 Desember 2022, aku mendapat undangan untuk hadir di Balai Desa Sumur Kumbang. Aku memenuhi undangan tersebut, dan mendapatkan penjelasan mengenai komunitas Pekka. Pekka adalah perempuan yang menjadi kepala keluarga karena bercerai hidup atau mati, atau gadis yang harus menopang kehidupan keluarganya. Penjelasan ini disampaikan oleh Teh Nani, seorang kader Pekka asal Subang, Jawa Barat, dan Kak Cut Ratna dari Aceh.

Awalnya, bergabung dengan Pekka hanya karena iseng. Aku pikir, ikut kegiatan Pekka lebih baik daripada aku hanya berdiam diri di rumah. Namun, lama kelamaan, aku semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak mengenai Pekka. Aku benar-benar ingin menambah wawasan dan ilmu. Aku ingin bisa mampu berbicara di hadapan orang banyak dengan bahasa yang baik dan tertata. Apalagi, dalam pertemuan di balai desa tersebut aku ditunjuk menjadi sekretaris.

Kesempatan demi kesempatan untuk mengasah diri aku dapatkan sejak bergabung dengan Pekka. Misalnya, aku diminta untuk membantu pembentukan kelompok. Alhamdulillah, aku tidak mendapatkan kesulitan untuk melakukannya. Ibu-ibu yang aku dampingi memberi respon yang sangat baik. Mereka bersedia mendengarkan arahan-arahan yang aku sampaikan secara saksama.

Kesempatan lain datang ketika aku diminta untuk terlibat dalam pelaksanaan Forum Perempuan Desa pada 24 Mei 2023. Acara ini diadakan di sebuah tempat wisata yang ada di desa kami, bernama Teropong Kalianda. Topik yang dibahas adalah pencegahan perkawinan anak dan sosialisasi KLIK PEKKA.

Pantang Mundur dalam Membesarkan Pekka

KLIK PEKKA berhasil kami lakukan di beberapa desa, dengan didampingi Mbak Erika Siska Apriliani dari Serikat Pekka Pekalongan dan Kak Cut Ratna Dewi dari Aceh. Hal yang menggembirakan dalam melaksanakan KLIK PEKKA adalah dukungan dari pemerintah desa, yang secara terbuka menyambut gembira dan mendukung kegiatan kami.

Namun, rintangan selalu ada. Aku masih merasakan kekesalan atas penolakan yang diberikan seorang perangkat desa, ketika aku mencoba mensosialisasikan gerakan Pekka kepada beliau. Bukan itu saja, beliau terus menghalangiku untuk menemui kepala desa setempat yang baru terpilih. Entah apa alasannya. Kak Cut Ratna memintaku untuk bersabar dan tetap mencoba, karena berdasarkan informasi dari ibu-ibu pekka yang ada di desa itu, mereka menginginkan terselenggaranya KLIK PEKKA di desa mereka. Hingga saat ini, aku masih belum menemui jalan keluar dari masalah ini.

Selain aktif membantu perluasan wilayah Pekka, dan penyelenggaraan Forum Pemangku Kepentingan dan KLIK PEKKA, aku juga aktif sebagai jurnalis Warga Pekka. Sayangnya, aku masih belum bisa aktif untuk terlibat secara penuh dalam kegiatan-kegiatan itu. Aku masih mendahulukan tawaran-tawaran menyanyi, karena anak-anakku masih memerlukan biaya untuk pendidikan mereka.

Aku berharap, kelak aku bisa aktif secara penuh di kegiatan-kegiatan Pekka. Aku ingin kembali diundang ke pelatihan-pelatihan yang pasti bermanfaat untuk kehidupanku, dan bisa meneruskan pengetahuan yang aku dapat dari pelatihan-pelatihan tersebut ke orang-orang yang ada di sekitarku.

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment