Cempaka: Saling Mendukung dalam Berwirausaha
Kisah Diri Fara Mizani

Hidup berpindah-pindah untuk tinggal bersama kerabat membuatku kuat sejak kecil. Perselingkuhan suami yang aku alami berkali-kali membuatku harus mampu berdiri sendiri. Pekka yang aku kenal melalui kegiatan PKK membawa cakrawala baru untuk tegar dan meningkatkan kapasitas diri.

Aku telah menjadi anak yatim sejak berusia 4 tahun. Ayahku meninggal dunia setelah menjalani pembedahan untuk mengangkat tumor di perutnya. Saat itu, adikku satu-satunya masih berusia 1 tahun. Setelah kepergian Papa, kami pindah dari Jakarta untuk menetap di Sukabumi, Jawa Barat. Mama menikah lagi dua tahun kemudian. Saudaraku pun bertambah. Aku memiliki 4 adik tiri, 2 perempuan dan 2 laki-laki.

Aku bernama Fara Mizani, lahir di bulan pertama 1982. Saat masih duduk di kelas 3 SD, aku telah tinggal terpisah jauh dari Mama. Aku memutuskan untuk tinggal bersama oom dan tanteku di Jakarta. Aku baru kembali berkumpul bersama Mama dan keluarga barunya di Sukabumi ketika masuk SMP.

Setelah lulus SMP, aku memilih untuk tinggal bersama Kakek dan Nenek dari pihak Mama. Mereka juga tinggal di Sukabumi, dan berjualan di Pasar Desa Sukaraja. Mereka memiliki kios besar yang menjual sayur-mayur, buah-buahan, dan sembako. Aku sering membantu di kios mereka.

Aku mendaftar ke berbagai universitas di Jakarta setelah tamat SMA di tahun 2000. Keterbatasan biaya membuatku memutuskan untuk kuliah di Interstudi, Jakarta, selama 1 tahun. Selama di Jakarta, aku tinggal bersama Kakek, Nenek, dan keluarga besar Papa. Setelah tamat dari Interstudi, aku bekerja di kantor koresponden sebuah televisi Jepang di Jakarta. Namun, aku menikah sebelum kontrak kerjaku selesai. Hal ini membuatku kehilangan ijazah dari Interstudi.

Suamiku seorang karyawan swasta. Usianya 6 tahun lebih tua dariku. Kami tinggal di sebuah rumah kontrakan di bilangan Jakarta Timur. Meski rumah petak, harga sewanya menghabiskan separuh dari gaji suamiku. Aku meminta suamiku untuk melanjutkan pendidikan, karena ia hanya lulusan SMK. Alhamdulillah, ia berhasil menjadi Sarjana Teknik bidang Arsitektur dengan tepat waktu.

Keadaan ekonomi kami membaik setelah suamiku lulus menjadi sarjana. Kami bahkan bisa membeli sebuah sepeda motor. Hal baik lainnya yang kami terima adalah kesempatan untuk membeli rumah dengan fasilitas kredit dari pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Alhamdulillah, kami bisa menempati rumah kami sendiri, yang terletak di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Suamiku berhenti bekerja di awal 2010, dan memulai wirausaha bersama temannya. Satu tahun berikutnya, kami bisa membeli rumah baru di tempat yang lebih lebar jalan masuknya, dan membeli mobil.

Awal Kehancuran Hidupku

Di sinilah awal kehancuran rumah tanggaku. Suamiku berselingkuh. Dia baru berhenti melakukannya ketika anak ketiga lahir, pada Mei 2013. Rupanya, Allah memberikan kepercayaan khusus kepada kami. Anak ketiga kami memiliki kebutuhan khusus untuk pendengarannya.

Suamiku kembali berkhianat pada 2017, dan perselingkuhannya ini berakhir setelah perusahaan miliknya mengalami kekosongan proyek. Juni 2021, suamiku diterima bekerja di kantor seorang temannya di Bandung. Enam bulan terpisah antara Jakarta dengan Bandung, aku mendapati suamiku kembali berkhianat. Ia hidup bersama dengan resepsionis di kantor tempatnya bekerja.

Aku berjanji kepada diriku bahwa hidupku jauh lebih berharga dibandingkan dengan perselingkuhannya. Aku siapkan berkas perceraian, tetapi suamiku tidak terima. Dia tidak mau menceraikanku. Setelah itu, suamiku tidak bekerja dan berhenti menafkahiku. Ia kemudian jatuh sakit, sering sesak napas dan sempat mengalami serangan jantung.

Di saat ekonomi keluargaku hancur, aku mendapat informasi dari Ketua Kelompok PKK RW tempat tinggalku, Ibu Humaimi, tentang acara pelatihan di kantor kecamatan. Beliau memintaku hadir dalam acara itu.

Aku belum pernah mengikuti pelatihan apa pun. Penasaran, aku menghadiri acara yang diadakan pada 13 Oktober 2022. Acara tersebut bernama Akademi Paradigta Kewirausahaan, dan dibuka oleh Camat Jagakarsa, dan dihadiri staf berwenang. Masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Jagakarsa mengirim 5 perempuan sebagai perwakilan, dan aku terpilih untuk mewakili Kelurahan Jagakarsa.

Pada awalnya, alasanku untuk mengikuti Akademi Paradigta Kewirausahaan (APK) hanyalah untuk mencari kesibukan, serta mencegah kambuhnya depresiku. Namun, materi yang diberikan selama pelatihan memotivasiku untuk menggali kemampuanku berkarier di luar rumah. Aku mencoba menunjukkan kepada diri sendiri, bahwa aku mampu untuk menjadi manusia yang lebih baik.

APK memberiku tugas yang melibatkan warga di sekitar tempat tinggalku. Awalnya, mereka bingung melihatku mengikuti proses pelatihan ini, karena cukup lama berlangsung. Namun, setelah melihat hasil dari APK, mereka mengapresiasi kegiatan yang aku ikuti. Aku pun diwisuda sebagai lulusan Akademi Paradigta Kewirausahaan pada Mei 2023.

 

Datangnya Kesempatan Baru

Pengetahuan dan wawasan yang aku dapatkan selama mengikuti APK membuatku tertarik untuk bergabung dan terus terlibat dalam kegiatan Pekka. Menurutku, gerakan pemberdayaan perempuan kepala keluarga memberi kesempatan kepada perempuan untuk berproses dalam hidupnya, baik dari segi pola pikir, kepribadian, dan bakatnya.

Untuk bisa ikut kegiatan-kegiatan Pekka selanjutnya, aku bergabung dengan Kelompok Cempaka Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Aku pun dipercaya menjadi ketua kelompok. Untuk saat ini, kelompok Cempaka yang beranggotakan 12 orang merupakan gabungan dari ibu-ibu pekka dari Kelurahan Jagakarsa dan Ciganjur.

Sebagai ketua kelompok, aku merancang program kerja agar di tahun depan, 2024, akan ada kelompok Pekka di masing-masing kelurahan. Kendala terbesar yang dihadapi adalah sulitnya mengajak ibu-ibu yang memenuhi kriteria pekka untuk bergabung. Mobilitas tinggi yang menjadi tuntutan terbesar untuk hidup di perkotaan menjadi pertimbangan paling utama. Selain itu, kebanyakan ibu-ibu yang memenuhi kriteria pekka telah menjadi kader PKK yang aktif, sehingga mereka sulit menyesuaikan jadwal dengan kegiatan Pekka.

Kendala waktu ini juga menjadi penyebab kami tidak bisa mengadakan pertemuan secara rutin. Kami lebih sering berkomunikasi lewat WhatsApp Group. Namun, kami telah berhasil mengadakan Forum Perempuan Desa bersama pihak Kelurahan Jagakarsa dan Kelurahan Ciganjur.

Forum Perempuan Desa menjadi sarana bagi anggota Kelompok Cempaka untuk mengajukan program kegiatan, dengan harapan mendapat dukungan dari pemerintah, terutama dukungan dana. Sayangnya, kami selalu diminta untuk mengajukan permohonan di atas kertas berkop surat resmi dari Yayasan PEKKA. Kendala ini telah aku pikirkan, dan berencana untuk terus membentuk kelompok baru sehingga dapat dibentuk Serikat Pekka.

Hingga saat ini, dari 12 anggota Kelompok Cempaka Kecamatan Jagakarsa, sudah ada 2 orang yang mengikuti Jurnalisme Warga Pekka. Selain itu, anggota Pekka di masing-masing kelurahan telah mengikuti bazaar sebagai bentuk dari kewirausahaan mereka. Kami juga berencana untuk mengadakan pelatihan pembuatan bir pletok, sebagai usaha kelompok sekaligus melestarikan budaya Betawi.

Aku terus berusaha mensosialisasikan gerakan perempuan kepala keluarga ini kepada ibu-ibu yang aku kenal. Harapanku adalah dapat menambah anggota kelompok, mengadakan pertemuan bulanan secara rutin, dan menjalankan agenda kewirausahaan yang berkelanjutan. Salah satu kiatku dalam mengajak ibu-ibu adalah memberi gambaran bahwa kelompok Pekka bisa menjadi wadah kegiatan bagi mereka, apabila sudah tidak aktif lagi menjadi kader PKK. Kelompok-kelompok Pekka ini bisa menjadi simpul kewirausahaan yang saling menguatkan, saling mendukung, dan saling memajukan kehidupan anggotanya, khususnya dalam bidang ekonomi.

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Tak Ada Kata Menyerah Demi Mencapai Cita-cita

Tak Ada Kata Menyerah Demi Mencapai Cita-cita Keputusa...

Leave a Comment