Perempuan Pun Mampu Mandiri dan Memberi Sumbangsih Kepada Masyarakat:
Kisah Diri Cut Ratna Dewi

 

Aku dua kali kehilangan suami, sehingga terpaksa membesarkan enam orang anak seorang diri. Pekka membuatku sadar untuk mengubah kesadaran masyarakat, bahwa perempuan pun mampu mandiri dan memberi sumbangsih kepada masyarakat.


Aku diberi nama Cut Ratna Dewi. Ketika aku menorehkan tulisan ini, usiaku sudah mencapai 50 tahun. Aku memiliki enam saudara. Kami hidup rukun dan saling menyayangi. Meski keluargaku hidup secara sederhana, aku bisa meraih gelar diploma tiga jurusan Ilmu Komputer dari sebuah akademi di Banda Aceh.

Kehidupanku terasa lengkap setelah aku menikah di tahun 2000, dan mendapat karunia anak laki-laki satu tahun berikutnya. Tiga anak suamiku dari pernikahan dia sebelumnya ikut dengan kami. Rumah kami ramai, tetapi damai. Sayangnya, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suami, orang tua, kakak dan adik-adikku, serta keponakan-keponakanku menjadi korban gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.

Hari demi hari, bulan demi bulan, aku lalui dengan mencari informasi mengenai keberadaan mereka. Sampai akhirnya aku pasrah, dan meyakini bahwa seluruh keluargaku telah tiada. Hanya abangku yang selamat. Beliau meninggal dunia 2021 lalu.

Aku menjalani hidupku sebagai janda dengan ikhlas. Aku penuhi kebutuhan keempat anakku semampuku. Aku menikah lagi di tahun 2005, dan pindah ke kampung halaman suamiku di Bireun. Dari pernikahan ini, aku dikaruniai dua anak laki-laki.

Pada 2013, suamiku terpilih menjadi kepala desa. Di tahun yang sama, aku mengenal Pekka. Awalnya, suamiku tidak mengizinkanku untuk bergabung. Namun, aku bersikeras meminta izinnya agar aku bisa aktif di luar rumah. Melihat tekadku, dia mengizinkan. Dia bahkan sepenuhnya mendukungku.

Dua tahun kemudian, suamiku meninggal dunia akibat kecelakaan. Tidak ingin larut dalam kesedihan, aku menguatkan diri demi anak-anakku. Aku bekerja sebagai tukang jahit pakaian, juga membuat kue yang aku titipkan di warung-warung.

Aku mulai aktif mengikuti pertemuan kelompok di Pekka pada 2015. Selain itu, aku rajin mengikuti rapat kader dan pelatihan-pelatihan, juga perluasan wilayah di kecamatan baru. Sejak bergabung di Pekka, aku mulai terpapar pengetahuan bahwa keberadaan perempuan seringkali dinomorduakan, di mana laki-laki merasa posisinya di atas perempuan.

Setelah sedikit demi sedikit belajar di Pekka, aku merasa wajib untuk membuat perubahan di desaku. Aku ingin suara perempuan bisa didengar. Biasanya, saat rapat desa, perempuan tidak pernah dilibatkan. Sehingga, saat keputusan hasil rapat desa sudah diputuskan, banyak perempuan di desaku yang hanya bisa ngedumel di belakang, karena merasa bahwa keputusan di rapat desa tersebut tidak sesuai dengan aspirasi mereka. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak selain mengikuti hasil rapat yang sudah diputuskan.

Mengorganisir FPK

Pada Mei 2023, aku mendapat tugas mengorganisir Forum Pemangku Kepentingan (FPK) di Lampung Selatan. Dalam kesempatan ini, aku ditemani Erika Siska Apriliani, atau yang biasa disapa Mbak Lia, dari Serikat Pekka Pekalongan. Kami menginap di rumah seorang kader Pekka, Ibu Nunung, yang terletak di Kecamatan Penengahan.

Satu hari pertama di Lampung Selatan kami habiskan dengan melaksanakan rapat koordinasi. Keesokan harinya, kami bersama dua kader Pekka Lampung Selatan melakukan kunjungan ke Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Lampung Selatan.

Sebelumnya, kami berkunjung ke Kantor Dinas Sosial Kabupaten Lampung Selatan, dan diterima oleh Plt Sekretaris Dinas Sosial, Bapak Muzni. Beliau menyambut kami dengan baik, apalagi setelah mendengarkan pemaparanku dan Mbak Lia mengenai Pekka dan program kerja Yayasan PEKKA. Beliau juga menyatakan dukungannya terhadap rencana kami melaksanakan Forum Pemangku Kepentingan di Kabupaten Lampung Selatan.

Forum Pemangku Kepentingan di Kabupaten Lampung Selatan diadakan pada 24 Mei 2023 di Aula Kantor DP3A Kabupaten Lampung Selatan. Acara berjalan lancar, sampai akhirnya tiba pada penandatanganan kesepakatan bersama dinas terkait. Kami kecewa, karena para perwakilan kantor dinas yang hadir tidak mau menandatangani kesepakatan tersebut. Namun, Mbak Mibnasah Rukanah dari Yayasan PEKKA Jakarta mengingatkan agar kenyataan ini tidak membuat kami putus asa, dan bersemangat untuk terus memperjuangkan pelaksanaan KLIK PEKKA.

Aku bersama Mbak Lia mempersiapkan undangan pelaksanaan KLIK PEKKA dan mengantarkannya ke dinas-dinas terkait. KLIK PEKKA yang pertama diadakan di Desa Kecapi, disusul yang kedua di Desa Pasuruan. Kegiatan KLIK PEKKA di dua desa ini disambut baik oleh masyarakat. Mereka senang karena dapat berkonsultasi langsung dengan dinas terkait, sesuai dengan permasalahan yang mereka hadapi.

Sebelum pelaksanaan KLIK PEKKA yang ketiga, kami memiliki jeda beberapa hari. Waktu luang tersebut kami gunakan untuk melakukan kunjungan ke Pemerintah Desa Kemukus, Kecamatan Ketapang, dan membentuk Serikat Pekka tingkat desa. Alhamdulillah, Serikat Pekka Desa Kemukus menjadi serikat Pekka yang ke-14 dari 13 desa di 3 kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan.

Setelah itu, aku dan Mbak Lia melakukan kunjungan ke Kantor Bappeda Kabupaten Lampung Selatan. Kami disambut baik oleh Kepala Bidang Sosial dan Pemerintahan, Bapak Lafran Habibi yang dengan senang hati membicarakan rencana pelaksanaan KLIK PEKKA yang akan diadakan di Desa Sumur Kumbang. Beliau sangat tertarik dengan rencana tersebut, dan meminta untuk diundang. Dalam kesempatan ini, aku dan Mbak Lia juga menjelaskan kegiatan FPK yang telah kami adakan, termasuk keengganan perwakilan kantor-kantor dinas untuk menandatangani Surat Kesepakatan yang kami sodorkan. Bapak Lafran Habibi berjanji akan membantu mendapatkan tanda tangan dari dinas-dinas terkait, dan beliau sendiri yang akan mendatangi mereka.

Bapak Lafran menepati janjinya. Beliau hadir sekaligus menyerahkan tanda tangan dari dinas-dinas terkait untuk Surat Kesepakatan pelaksanaan KLIK PEKKA. Dalam acara ini, Bapak Lafran juga mengajak ibu-ibu pekka di Lampung Selatan untuk mengikuti pelatihan pengolahan sampah di yayasan yang beliau kelola.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment