Perempuan Hebat Perempuan Berdaya
Kisah Diri Yuniarti

Kesulitan dalam hidup datang kepadaku silih berganti. Mulai dari musibah kebakaran hingga ditinggal suami. Aku sempat kebingungan ketika menghadapi semuanya seorang diri. Pekka hadir dan membuatku menjadi perempuan tangguh dan mandiri.

Yuniarti, itulah namaku. Namun, teman-teman lebih suka memanggilku  Nunik. Aku  ibu rumah tangga, lahir di sebuah perumahan dinas militer di Cilandak, Pasar Minggu,  Jakarta Selatan, pada 1973. Ayahku seorang anggota marinir, sedangkan Ibu bekerja di rumah, sembari mengelola warung makan di halaman samping rumah kami. Ibu juga membuat es lilin dan menitipkan penjualannya di beberapa warung di sekitar rumah. Aku yang bertugas mengantarkan es lilin buatan Ibu.

Masa kecilku sangat bahagia, meskipun hidup  di tengah keluarga  sederhana. Aku anak ke-2 dari 5 bersaudara. Didikan ayah yang keras, membuatku tumbuh menjadi pribadi yang disiplin. Semua pekerjaan rumah menjadi tanggung jawab bersama, semua anak diberi hak dan kewajiban yang sama, meskipun lingkungan tempat tinggal kami sebagian besar masih menganggap laki-laki tidak lazim mengerjakan pekerjaan rumah.

Aku sudah bersekolah pada usia 5 tahun, di sebuah Taman Kanak-Kanak di bilangan Kwitang. Setelah itu, aku bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Kenari 01 Pagi, Kwitang. Prestasiku selama bersekolah membuatku bisa dengan mudah diterima di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4, satu di antara beberapa sekolah favorit di wilayah Jakarta Pusat.  Ayah dan Ibu sangat bangga dengan prestasiku saat itu.

Aku melanjutkan pendidikan ke SMEA Negeri 26 di Cempaka Putih jurusan akuntansi dan lulus pada tahun  1990. Aku memilih jurusan ini karena aku bercita-cita ingin melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negri (STAN). Namun, apa boleh buat, aku tidak berhasil lolos tes masuk STAN. Aku kemudian memutuskan untuk bekerja di toko buku Gunung Agung Kwitang yang terkenal itu. Aku mengawali karir di toko ini pada bagian penjualan. 2 tahun kemudian, aku dipindahkan ke   bagian kasir, terakhir  pindah  lagi ke bagian keuangan sebelum keluar pada 2002.

Saat berusia 24 tahun, aku menikah dengan laki-laki pujaan hatiku yang sudah kukenal  selama  setahun. Ia bekerja sebagai wartawan di Jawa Pos, sebuah media di Jakarta. Setelah menikah kami menempati rumah orang tuaku  di daerah Condet, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Orang tuaku memilih  pindah ke rumah kami di Cileungsi, Bogor.

Musibah Datang Silih Berganti

Tahun 1998, saat  mengandung anak pertama, keluargaku ditimpa musibah.  Kampung tempat tinggalku dilahap si jago merah. Kebakaran ini disebabkan oleh kelalaian seorang warga yang menimbun minyak tanah. Secara tidak sengaja, ia menumpahkan minyak tersebut ke kasur yang terbakar lilin, karena saat itu terjadi pemadaman listrik.

Semua barang yang kami punya hangus terbakar. Hanya baju yang melekat di badan kami yang tersisa. Kami mengungsi ke rumah mertuaku di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. 2 pekan setelah mengungsi, kami memutuskan untuk mengontrak rumah di wilayah ini. Peristiwa ini terjadi di tengah kondisi negara sedang mengalami krisis ekonomi, dampak dari tuntutan mahasiswa kepada Presiden RI pada saat itu untuk lengser.

Kami harus memulai hidup dari awal lagi. Peralatan kerja suamiku habis terbakar, sehingga ia harus bekerja dengan alat seadanya. Untuk menambah penghasilan, suamiku bekerja sebagai penarik bajaj. Ia bekerja di pagi hari, sebelum berangkat ke kantornya. Pada malamhari, ia berjualan telur di sebuah lapak di pasar.

Awal 2000, aku dan suami sepakat untuk mengkredit sebidang tanah di daerah Condet, Jakarta Timur. Kami membangun rumah di atas tanah itu, dengan menggunakan uang tabungan yang besarnya tidak seberapa. Dua tahun kemudian, aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku, agar bisa fokus mengurus anak-anak. Suamiku masih bekerja sebagai wartawan di media yang sama, sambil membuka usaha jasa fotografi yang bekerja sama dengan sebuah penyelenggara acara (event organizer).

Kami berhasil menata kembali hidup kami. Kehidupan keluargaku amat bahagia dan harmonis. Anak-anakku tumbuh sehat dan cerdas. Hingga Maret 2021, ketika ujian hidup kembali menghampiri. Suamiku meninggal dunia akibat penyakit diabetes.

Dunia seperti runtuh saat itu. Aku tidak pernah membayangkan akan menjadi orang tua tunggal dan harus menghidupi 3 orang anak sendirian. Apalagi, aku sudah tidak bekerja selama hampir 20 tahun. Belum lagi menghadapi persepsi negatif dari masyarakat mengenai status janda. Mereka masih menganggap janda sebagai aib yang harus dibatasi ruang geraknya.

Tantangan terbesar yang harus kuhadapi adalah kondisi keuangan yang semakin tidak menentu, juga rasa kehilangan suami yang semakin hari semakin menyiksaku. Namun, aku percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan ujian yang melampaui batas kemampuanku.

Dengan segala keterbatasan, aku berusaha membesarkan anak-anak agar mereka menjadi orang yang bermanfaat dan berakhlak baik. Aku bersyukur, saat ini anak-anakku sudah besar. Mereka sudah bisa bekerja di sela-sela waktu kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kami bahu membahu menjalani bisnis keluarga, yakni toko yang memberi jasa fotokopi, menjual sembako, juga usaha di bidang fotografi peninggalan suami. Bila anak-anak sibuk dengan tugas kantor dan kampus, aku ikut membantu mereka mengedit foto atau video dengan menggunakan aplikasi Adobe Photoshop dan Coreldraw.

Di luar kesibukan menjalankan bisnis keluarga, kegiatanku hanya diselingi pengajian RT setiap Jumat, dan arisan RT setiap bulan. Aku tidak mengikuti organisasi apa pun.

Berarti melalui Pekka

Pada Agustus 2021, seorang teman, Ibu Sarmina, mengajakku untuk ikut kegiatan Pekka. Aku tahu bahwa Ibu Sarmina adalah anggota kelompok Pekka Srikandi di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Cerita-cerita yang disampaikan Ibu Sarmina membuatku tertarik untuk mengiyakan ajakannya. Apalagi, aku punya banyak waktu untuk berkegiatan di luar rumah.

Kegiatan pertama yang kuikuti adalah arisan kelompok. Sejak saat itu, aku menghadiri pertemuan rutin kelompok yang diadakan setiap bulan. Kegiatannya beragam, mulai dari arisan, kegiatan simpan-pinjam, dan berbagai pelatihan. Pelatihan yang pernah aku ikuti adalah pembuatan sabun dari minyak jelantah, merajut, dan kuliner.

Ada 8 kelompok Pekka yang tersebar di 3 kecamatan di Jakarta Timur. Jumlah ini sudah memenuhi syarat untuk membentuk serikat, maka pada 2022, Pekka Jakarta Timur mengadakan musyawarah besar (mubes) untuk membentuk Serikat Pekka Jakarta Timur, agar komunitas ini semakin kuat dan diakui. Dalam mubes ini juga dilakukan pemilihan kepengurusan serikat. Ibu Irma Widyani terpilih sebagai ketua, sementara aku ditunjuk sebagai bendahara.

Aku semakin aktif dalam kegiatan yang diadakan Pekka, seperti Forum Nasional Pekka IV, bazar yang bekerja sama dengan Komunitas Betawi Condet, dan bakti sosial bersama Komunitas Pengawas Ciliwung (Palung). Pelatihan pertama dari Yayasan PEKKA yang aku ikuti adalah Pelatihan Paralegal yang diadakan pada 19-23 September 2022 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

Materi-materi yang diberikan dalam pelatihan ini membuatku paham mengenai advokasi di bidang hukum. Kedudukan paralegal dalam pemberian bantuan hukum cukup diperhitungkan, meskipun tidak sama dengan pengacara. Paralegal dapat menjembatani masyarakat dengan advokat dan para penegak hukum.

Aku bersyukur telah mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini. Aku dapat mendampingi tetanggaku yang ingin menggugat cerai karena mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Suaminya tidak mau menceraikan, tetapi karena suaminya ini tidak memahami proses di Pengadilan Agama, dan tidak hadir ketika dipanggil oleh pihak pengadilan, maka gugatan cerai itu langsung disetujui. Sekarang, tetanggaku ini sudah memperoleh Akta Cerai.

Aku ikut serta sebagai panitia penyelenggara dalam kegiatan KLIK (Klinik Layanan Informasi dan Konsultasi (KLIK) PEKKA di Rawa Terate, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, pada 29 September 2022. Kegiatan ini memberi ruang bagi masyarakat untuk berkonsultasi dengan perangkat desa. Bagi pemerintah, kegiatan ini dapat meningkatkan visibilitas perempuan miskin, karena data para penerima manfaat program pemerintah akan dimasukkan ke Sistem Data Nasional.

KLIK PEKKA melayani kebutuhan masyarakat yang memiliki hambatan dalam memperoleh akses perlindungan sosial, seperti tidak memiliki Kartu Keluarga, KTP Elektronik, Akta Kelahiran, Surat Nikah, dan BPJS Kesehatan. Kegiatan ini membuka mata kami, bahwa masih banyak anggota masyarakat di Cakung yang belum memiliki dokumen identitas diri dan perlindungan sosial, meskipun mereka tinggal di ibu kota negara.

Satu bulan kemudian, aku berpartisipasi dalam Pelatihan Kesetaraan Gender untuk usia 13-17 tahun. Acara ini diadakan selama 2 hari, di Kantor Kelurahan Balekambang. Penyadaran akan kesetaraan gender ini penting, untuk menjunjung persamaan hak sebagai manusia, juga untuk menghilangkan segala bentuk diskriminasi, kekerasan, juga pelecehan yang sering dialami perempuan. Rentang usia ini dipilih karena lebih mudah untuk mengubah pola pikir mereka. Setelah mereka tumbuh dewasa, pola pikir mereka telah terbentuk. Mereka akan menjalankan konsep kesetaraan gender bila mereka berumah tangga.

Memulai Kewirausahaan dari Wisma Hijau

Di pertengahan 2023, aku diminta Ibu Irma dan Ibu Dewi, kader Serikat Pekka Jakarta Timur yang juga merupakan penanggung jawab program INKLUSI di Jakarta Selatan, untuk mengikuti Pelatihan Mentor Akademi Paradigta Indonesia Kewirausahaan di Wisma Hijau, Depok, Jawa Barat. Acara ini berlangsung selama 6 hari, yakni tanggal 19-25 Juni 2023. Aku benar-benar memanfaatkan kesempatan ini. Aku yakin pengetahuanku mengenai kewirausahaan akan bertambah. Apalagi, aku bertemu dengan 95 peserta lain yang berasal dari 33 kabupaten yang ada di 18 provinsi.

Materi pelatihan yang paling berkesan bagiku adalah Perempuan Pelaku Ekonomi Kewirausahaan. Kami diajarkan untuk mengembangkan usaha, dan mampu menganalisis peluang dan tantangan usaha. Ada juga materi yang menurutku sulit, yakni tentang memimpin perubahan sistemik menuju keadilan ekonomi. Dalam sesi ini, dibahas semua permasalahan ekonomi yang sangat kompleks, mulai dari permasalahan ekonomi klasik, modern, hingga mengidentifikasi permasalahan ekonomi yang ada di wilayah kita sendiri. Para peserta juga diajarkan untuk bisa mengembangkan sistem agar dapat mengatasi persoalan ekonomi yang ada.

Ilmu dan pengetahuan yang aku dapat aku sosialisasikan ke teman-temanku di pengajian RT. Aku ajak mereka menabung. Tabungan ini akan dikembalikan saat menjelang bulan puasa, sebagai persiapan menghadapi Lebaran. Aku juga mengajak ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalku untuk membuka usaha bersama di bidang kuliner. Kami belajar membuat berbagai kue dan nasi kotak. Setiap kali ada yang memesan, kami akan mengerjakannya bersama-sama. Kami bisa mendapat penghasilan tambahan melalui usaha ini.

Tugasku setelah mengikuti pelatihan mentor Kewirausahaan adalah membuka kelas baru untuk angkatan kedua Akademi Paradigta Indonesia Kewirausahaan. Kelas ini dibuka pada 9 Agustus 2023, dan diadakan di Aula Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Ada  32 peserta yang mengikuti kelas ini. Mereka berasal dari 5 kelurahan, yaitu: Kelurahan Mampang, Kelurahan Bangka, Kelurahan Tegal Parang, Kelurahan Pela Mampang, dan Kelurahan Kuningan Barat. Alhamdulillah, kami telah menyelesaikan kelas melalui 25 pertemuan, meskipun tinggal 14 peserta yang tetap mengikuti hingga pertemuan terakhir.

Aku senang sekali melihat perubahan positif dalam diri para akademia. Mereka menjadi lebih percaya diri, berani mengemukakan pendapat di hadapan forum, serta pola pikir mereka yang mulai berubah. Mereka baru menyadari, bahwa perempuan dapat berkontribusi dalam mendukung dan mendampingi perempuan lain untuk keluar dari masalah mereka.

Perubahan dalam diri para akademia yang aku lihat merupakan cerminan dari diriku sendiri. Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam kehidupanku setelah bergabung dengan Pekka. Kepercayaan diri dalam diriku tidak muncul begitu saja, tetapi melalui proses yang sangat panjang.

Pengalaman dan pengetahuan yang aku dapatkan dari Pekka, aku tularkan kepada masyarakat di sekitar tempat tinggalku. Aku juga mengajak para perempuan untuk bergabung dengan Pekka, sehingga mereka dapat melakukan perubahan menjadi perempuan yang hebat dan berdaya. Aku berharap, aku semakin bisa mengembangkan kapasitas diriku, dan memberi lebih banyak manfaat bagi perempuan lain.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment