Menjadi Perempuan Mandiri Bersama Pekka
Kisah Diri Rukmin

Perempuan tidak hanya harus berdiam diri di rumah. Pelajaran ini aku dapatkan setelah bergabung dengan Pekka. Perempuan pun bisa mengatasi kesulitan dan mampu mandiri.


Aku lahir dan besar di sebuah keluarga yang amat sederhana. Ayahku bekerja sebagai buruh tani dan tukang korek (kupas) kelapa. Namaku Rukmin Kadir. Aku lahir di bulan kedua tahun 1967 sebagai anak ke-8 dari 9 bersaudara. Meski penghasilannya tidak besar, ayahku berhasil menyekolahkanku sampai lulus dari Sekolah Pertanian Menengah Atas.

Desa tempat kelahiranku bernama Desa Imbodu. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani kebun dan nelayan. Sistem pemasaran yang masih begitu sederhana membuat penghasilan penduduk di desaku ini sangat minim. Sebagian besar perempuan di desaku tinggal di rumah, menjadi istri dan mengurus keluarga.

Saat ini, aku tinggal di Desa Bulili, Kecamatan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Setelah lulus dari Sekolah Pertanian Menengah Atas, aku bekerja sebagai penjahit pakaian untuk membantu orang tuaku mencari nafkah. Selain itu, aku aktif menjadi kader kesehatan di desaku.

Aku menikah pada 1991 dengan seorang duda beranak empat. Dari pernikahan ini, aku dianugerahi dua orang anak. Suamiku seorang petani. Penghasilan yang dia dapat dari panen setiap lima bulan cukup untuk menghidupi kebutuhan kami berdelapan.

Aku menyandang status perempuan kepala keluarga sejak 2017. Ketika itu suamiku sudah tidak sanggup lagi bekerja dan menafkahi keluarga, karena usianya yang sudah lanjut. Lima tahun kemudian, aku bergabung dengan Pekka.

Aku mendapat informasi mengenai Pekka dari Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak, Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3AP2KB). Aku tertarik untuk bergabung karena organisasi ini melakukan penguatan modal bagi ibu-ibu pekka.

Pekka membawa banyak perubahan bagi perempuan di desaku. Saat ini, para ibu di desaku sudah mampu membantu memenuhi kebutuhan keluarga, tidak hanya berdiam diri di rumah. Pekka menggandeng pemerintah di wilayah tempat tinggalku untuk memberi pengetahuan tentang bagaimana menambah pendapatan, misalnya dengan membuat kue, menjual nasi kuning, atau pembuka kios.

Mengorganisir KLIK PEKKA

Jumat, 16 Desember 2022, aku menyampaikan rencana Pekka untuk mengadakan Klinik Layanan Informasi dan Konsultasi (KLIK) PEKKA kepada Kepala Desa Bulili, Bapak Muhtar Lopuo. Mendengar agenda kegiatan yang aku sampaikan, Bapak Muhtar Lopuo menyatakan sangat mendukung dan mengapresiasi rencana Pekka tersebut. Kami dan Pak Kades juga membahas mengenai pihak yang akan dilibatkan dalam KLIK PEKKA yang akan dilaksanakan  pada Senin, 19 Desember 2022.

Usai berdiskusi dengan Kepala Desa Bulili, kami mengantar undangan ke beberapa kantor dinas, termasuk Kantor Dinas DP3AP2KB. Pengalaman ini benar-benar tidak akan aku lupakan, karena aku berhadapan dengan para pejabat di kantor pemerintahan. Apalagi setelah mendengar Camat Duhiadaa menyatakan apresiasi dan dukungan penuh terhadap kegiatan KLIK PEKKA. Camat Duhiadaa, Bapak Ali Mbuinga, mengatakan bahwa KLIK PEKKA selaras dengan proyek percontohan desa ramah perempuan yang dilaksanakan Kabupaten Pohuwato.

Dalam sambutannya ketika membuka acara KLIK PEKKA, Kepala Dinas P3AP2KB, Ibu Hamkawati Mbuinga, mengatakan bahwa KLIK PEKKA diadakan oleh para perempuan kepala keluarga, bukan Aparatur Sipil Negara. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengapresiasi kegiatan ini.

Setelah selesai sambutan–sambutan, para petugas KLIK mulai melakukan tugas masing-masing, mulai dari meja pendaftaran kemudian menuju meja OPD. Pelayanan  yang diberikan adalah mengenai KK, KTP, KIA, Akta Kelahiran, Surat Nikah, Akta Cerai dan lain-lain. Bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan dasar perlindungan sosial berupa kartu KIP/ PKH, BPJS langsung berkonsultasi di bagian BPJS, misalnya untuk mengurus kartu BPJS tidak aktif dan perubahan data. Selain itu kasus hukum keluarga seperti KDRT, pernikahan keluarga hak asuh anak.

Sebagian besar yang berkonsultasi di KLIK PEKKA adalah perempuan yang sudah berkeluarga, tetapi tidak memiliki Surat Nikah. Mereka bisa secara langsung berkonsultasi tentang nasib anak mereka, apabila tidak memiliki Surat Nikah yang mengakibatkan mereka tidak bisa Kartu Keluarga. Ada sekitar 50 pasangan yang mendaftar untuk isbat nikah pada KLIK PEKKA ini. Mereka kami dampingi sampai ke Pengadilan Agama Marisa. Alhamdulillah, sampai saat ini sudah 30 pasangan yang menerima Surat Nikah.

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment