Pekka: Perempuan Yang Mandiri dan Penuh Percaya Diri 

Kisah Diri Nahdiar 

 

Status Ibu Rumah Tangga membuatku kehilangan percaya diri ketika berhadapan dengan teman-teman yang memiliki jabatan. Pekka menumbuhkan kekuatan dalam diriku melalui berbagai pelatihan dan kegiatan. 

 

Aku bernama Nahdiar. Di tahun 2023, aku berusia 53 tahun. Aku lahir di sebuah desa di Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan ketika bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-35. Kakakku ada lima orang, dan adikku 9 orang. Ketika aku naik ke kelas SD, aku diminta ikut tinggal bersama seorang bibi yang tinggal di Aceh Barat, beliau bersedia mengurus dan membiayai sekolahku. Namun, saat kelas 2 SMP aku kembali ke rumah orang tuaku karena tidak betah. Aku bersekolah hingga lulus SMEA. 

 

Ketika duduk di bangku SMEA ini, aku mendapat beasiswa SUPERSEMAR hingga lulus. Aku jadi bersemangat sekolah, meskipun jarak tempuh dari rumah ke sekolah sangat jauh, yakni 17 km. Aku harus menempuhnya dengan naik angkot atau mengayuh sepeda. Aku mencoba ikut tes masuk ke perguruan tinggi setelah lulus SMEA. Sayang, aku tidak lolos. Rasa sedih, kecewa, dan semangat untuk melanjutkan sekolah hilang. Namun, aku berpikir: “mungkin belum waktunya Allah mengizinkan aku untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Aku pun berusaha ikhlas dan berusaha bersemangat untuk melanjutkan hidup. 

 

Aku dinikahkan oleh orang tua tidak lama setelah lulus SMEA. Dengan berat hati aku menerima perjodohan ini, sebagai tanda baktiku kepada orang tua. Lelaki yang dijodohkan denganku usianya 5 tahun lebih tua, dan berasal dari Kabupaten Aceh Barat Daya. Alhamdulillah, suamiku sanggup membahagiakanku dan anak-anak. Dari hasil pernikahan kami Allah memberikan amanat 5 orang putra dan putri  hingga saat ini tinggal 4 orang karena 1 anak ku meninggal dunia di umurnya baru menginjak 7 hari.  Kemudian pada 12 April 1993 lahir anak ke 2 yang kami beri nama Devi Afrianti yang saat ini sudah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh. Jarak antara 2-3 tahun lahir lagi anak ke tiga sampai ke empat yang melengkapi kebahagiaan aku dengan suami.    

 

Rasa Minderku Teratasi 

 

Sebagai seorang perempuan, aku tidak banyak bicara, mudah merasa minder, dan kurang rasa percaya diri. Sifat ini benar-benar aku rasakan ketika bertemu dengan teman-teman yang sudah sukses, seperti mereka yang menjadi pejabat di kantor pemerintah, sementara aku hanya ibu rumah tangga biasa. 

 

Pada 2006, aku bergabung dengan Serikat Pekka berkat ajakan seorang fasilitator lapang, Juwairah dari PPSW. Pada saat itu, Aceh masih berduka dan berusaha bangkit setelah dilanda gempa bumi dan tsunami. Aku juga mengalami dampak bencana alam yang dahsyat ini. Rumahku hanya tinggal puing, dan kami tinggal di bawah terpal. Aku bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk memperbaiki hidup. 

 

Aku mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan setelah bergabung dengan Pekka. Pelatihan pertama yang aku dapatkan adalah Pelatihan Visi Misi, dan Motivasi Berkelompok, yang diadakan pada 2006. Setelah itu Pelatihan Kepemimpinan Perempuan (2007), Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader PEKKA (10-16 Desember 2008 di Yogyakarta), Pelatihan Radio Komunitas di Center Pekka Alue Padee (2008), Workshop Kepemimpinan yang Berwawasan Keadilan di Yogyakarta (8-10 November 2010), Pembekalan Wawasan Pelaksanaan Syariat Islam Bagi Pengurus/Pegiat LSM Gender Se-Aceh, Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur dan Bupati/Wakil Bupati (2012). Selain itu aku juga mendapat pelatihan untuk menjadi fasilitator paralegal Pekka, mengikuti lokakarya tentang penguatan peran tokoh agama dalam membangun keluarga berkeadilan, mendapat pelatihan untuk menjadi tim promotor Pekka Perintis (2019), sampai peningkatan kapasitas sebagai mentor Akademi Paradigta. Seluruh pelatihan itu menumbuhkan rasa percaya diriku, dan semakin berani dalam melakukan sesuatu untuk masyarakat, khususnya Gerakan Pekka di wilayahku. 

 

Rasa percaya diriku terlihat ketika aku terlibat dalam diskusi seperti Musrembang tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Meskipun aku belum bisa mengambil keputusan, namun aku sudah bisa memberi usulan yang dipertimbangkan dan diterima dalam forum tersebut. Usulanku yang diterima adalah yang aku ajukan dalam Musrembang Kabupaten 2013, yakni anggaran untuk kegiatan Serikat Pekka dan dana untuk pelatihan kewirausahaan atau kerajinan tangan sehingga keahlian yang dimiliki anggota komunitas Pekka bertambah agar mereka berdaya dan mandiri.  

 

Bentuk dari usulanku yang diterima tersebut adalah dana sebesar seratus juta rupiah untuk Serikat Pekka dan pelatihan peningkatan kapasitas seperti menjahit, yang dilakukan di Center Pekka Alue Padee dengan mendatangkan tutor dari Bandung. Pelatihan ini membuat beberapa anggota bisa menjahit kaus dan kemeja, dan mereka bisa mengembangkan usaha sendiri, yang berimbas baik pada perekonomian keluarga mereka. 

 

Menjadi Change Maker dan Pegiat Koperasi 

 

Kegiatan lain yang aku lakukan bersama Pekka adalah Program Logika 2 yang berfokus pada pelayanan publik dan pelayanan bermutu, Program Inovasi Desa, terlibat sebagai Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) tingkat kecamatan, mendampingi kasus-kasus KDRT, Isbat Nikah, dan pembuatan Akta Kelahiran. Semua kegiatan itu bisa aku lakukan berkat pendampingan yang dilakukan Yayasan PEKKA. 

 

Selain ilmu dan pengalaman, aku juga mendapat banyak saudara dan jaringan. Aku bisa mengenal secara dekat para pejabat pemerintah mulai tingkat desa hingga kabupaten melalui kegiatan-kegiatan dan gerakan yang kami bangun. Kegiatan Pekka juga membantuku secara ekonomi. Aku bisa meminjam uang dari koperasi Pekka dengan bunga rendah sebesar satu persen. Uang pinjaman itu berguna untuk membayar uang kuliah anak-anakku, juga saat musim turun ke sawah. 

 

Aku bangga menjadi bagian dari Serikat Pekka. Suami dan anakanakku sangat mendukung, tidak pernah mengeluhkan kesibukanku. Bahkan, suamiku bersedia mengantarku ke lokasi kegiatan Pekka.  

 

Kegiatanku berlanjut setelah aku dihubungi seorang fasilitator lapang, Mardiah, yang menanyakan kesediaanku untuk menjadi mentor Akademi Paradigta. Untuk itu, aku diminta mengikuti kelas Akademi Paradigta Kader Desa. Selain Akademi Paradigta Indonesia, aku juga mengikuti Akademi Paradigta Indonesia Change Maker yang dimulai pada 2021 di Desa Blag Panyang, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya. Setelah itu, aku diminta membuka kelas di dua desa di Kecamatan Aceh Barat Daya. 

 

Ketika aku bergabung dengan Pekka di tahun 2006, aku diangkat menjadi bendahara di kelompokku sejak 2007. Setelah itu, aku ditunjuk sebagai sekretaris Koperasi Primer Khairatunnisa sejak 2015. Kemudian pada 2022 aku diangkat menjadi sekretaris Koperasi Sekunder Barsela. Beberapa bulan kemudian, melalui Rapat Anggota Tahunan, aku diangkat menjadi sekretaris Koperasi Induk Pekka Nusantara. Pengangkatan ini membuat aku harus meninggalkan posisiku di Koperasi Sekunder Barsela. 

 

Aku berharap, jabatan yang aku emban bisa membuatku mengembangkan koperasi dan dapat mengatasi kredit macet dari anggota koperasi di wilayahku sendiri. Aku juga punya keinginan untuk bisa mengembangkan Pekka Produksi, Pekka MART, dan Pekka CBT di wilayah dampinganku, khususnya Aceh Barat Daya. Selain itu, aku bermimpi produk-produk yang diluncurkan oleh koperasi primer dan sekunder Pekka dapat dipasarkan oleh koperasi induk dengan label yang sama. Dengan demikian, koperasi induk bisa menjadi koperasi yang mampu go international melalui berbagai usaha dan kegiatannya. 

Untuk kedepannya aku bermimpi koperasi dan produk-produk yang nantinya diluncurkan oleh koperasi primer dan sekunder dapat dipasarkan oleh koperasi induk dengan satu label yang sama. Dengan demikian, aku yakin bahwa koperasi induk akan jadi salah satu koperasi yang mampu go Internasional dengan usaha dan kegiatannya.  

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment