Semangat Tidak Mengenal Batas Usia
Kisah Diri Suparti

 

Sendirian di usia senja tidak membuatku kesepian. Berbagai kegiatan bersama Pekka mendorongku untuk senantiasa bersemangat dan menebar manfaat bagi sesama.

Aku dilahirkan sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pada 1959 di Desa Ngerdani, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Meskipun aku anak tertua, tetapi tinggi badanku kalah dari kedua adikku. Semampai, kata orang. Artinya, semeter tidak sampai. Namaku Suparti.  Ayahku bekerja sebagai petani. Sewaktu aku kecil, kehidupan keluarga kami sangat sederhana.

Semasa aku kecil, belum ada TK. Jadi, aku baru bersekolah menjelang usia 8 tahun. Sekolahku berjalan lancar, meskipun ketika SMP aku harus berjalan kaki sejauh 5 km setiap hari, tanpa uang saku. Dan ketika SLTA, aku harus bersekolah di Kabupaten Trenggalek. Dengan susah payah, Ayah memberiku uang saku sebesar tiga ribu rupiah per bulan, dengan rincian: seribu rupiah untuk membayar SPP, dan dua ribu rupiah untuk aku makan selama satu bulan. Aku berhasil lulus SLTA di tahun 1979.

Aku tidak melanjutkan pendidikanku ke perguruan tinggi. Aku menikah di usia 23 tahun, dan dikaruniai dua orang anak: laki-laki dan perempuan. Pernikahan kami berjalan tanpa ada kesulitan berarti. Hingga akhirnya suamiku terserang stroke di tahun 2016, dan harus menjalani berbagai terapi serta rawat inap berkali-kali. Aku pun harus tegar mengurus suami seorang diri, sambil mencari nafkah dengan menjual sapu lidi, dan bawang goreng serta jahe merah yang aku buat sendiri.

Penawar Kesepian

Suamiku meninggal dunia setelah menderita stroke selama 3 tahun. 40 hari setelah beliau berpulang, Bapak Kepala Desa Pringapus mengajakku bergabung bersama kelompok Pekka. “Ini adalah perkumpulan untuk ibu-ibu janda,” begitu beliau menjelaskan.

Ajakan Bapak Kepala Desa tidak berhenti sampai di situ. Aku diminta berangkat ke Jakarta untuk mengikuti Pelatihan Pengorganisasian Masyarakat. Aku agak ragu ketika berangkat. Aku hubungi anak pertamaku, bertanya apakah sebaiknya aku berangkat. “Ya berangkat saja, Ibu. Supaya Ibu tidak sendirian terus,” begitu katanya. Aku bertanya kepada anak keduaku. Jawabannya pun sama. Jadilah, aku berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan tersebut.

Sepulang pelatihan, kegiatanku malah menjadi banyak. Aku diminta untuk menjadi pendamping dalam pelatihan membuat kue, membuat jahe instan, membuat tas jali-jali, membuat sapu taman, dan membuat bawang goreng. Permintaan ini datang karena sebelum bergabung dengan Pekka, aku telah terbiasa membuat produk-produk tersebut untuk mengisi waktu. Pelatihan pembuatan produk ini adalah bagian dari Forum Perempuan Desa, bergiliran sesuai dengan permintaan kelompok.

Setelah itu aku mengadakan rapat kader tiap bulan. Agendanya adalah menjelaskan perkembangan kelompok dan melaporkan permintaan pelatihan dari kelompok. Rapat kader ini dilakukan karena ada kuota untuk melakukan diskusi per desa dari Yayasan PEKKA.

Pada 2022, aku diangkat sebagai Ketua Serikat Pekka Kabupaten Trenggalek menggantikan Ibu Titin Handayani yang diangkat menjadi pengurus Federasi Serikat Pekka Indonesia. Aku menerima pengangkatan ini dengan syarat: bahwa aku hanya membantu kelompok, tetapi tidak melakukan advokasi. Persyaratan ini aku ajukan mengingat usiaku yang sudah tidak muda lagi.

Sebagai ketua serikat, aku menginisiasi Forum Pemangku Kepentingan di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek. Forum ini mendapat apresiasi dari dinas-dinas pemerintahan di kabupaten, termasuk memfasilitasi berbagai pelatihan untuk ibu-ibu pekka. Misalnya, Dinas Pertanian memfasilitasi Pelatihan Pengolahan Kopi Aneka Rasa, Dinas Sosial memberikan pelatihan cara bersosialisasi, serta Dinas Komunikasi, Informatik, dan Dokumentasi yang memberikan layanan izin secara gratis.

Selain itu, diskusi-diskusi atau advokasi yang dilakukan para kader Pekka membuat kami sering diminta menjadi narasumber untuk pelatihan di berbagai desa, seperti membuat tas jali dan mengolah janggelan (cincau hitam) di Desa Pringapus, membuat kerajinan batik sibari dan bank sampah di Desa Dongko, membuat tas jali di Desa Sumberbening, membuat tas jali, kue, dan minuman segar di Desa Pandean, membuat tas jali, pupuk kompos, dan sapu taman di Desa Pule, membuat tas jali dan bumbu masak di Desa Jombok, serta pelatihan bank sampah, pembuatan tas jali, dan kerajinan besek di Kecamatan Suruh.

Potensi Wilayahku Semakin Besar

Potensi Kabupaten Trenggalek berpijak pada bahan lokal. Tujuannya adalah membangun rantai pasar dengan memanfaatkan bahan yang selalu ada, membantu ekonomi anggota Pekka, juga masyarakat. Sehingga, pemasaran produk yang dihasilkan kabupaten ini cukup dilakukan secara lokal. Contohnya adalah, ketika membuat jahe instan. Jahe yang dihasilkan petani Trenggalek dibeli untuk dijadikan bahan utama pembuatan jahe instan. Hasil produksi ini dibeli oleh petani, atau masyarakat lokal yang lain.

Selain terlibat dalam membangun rantai pasar, aku juga ikut dalam Musrembang tingkat desa. Bapak Kepala Desa dan perangkat desa lainnya sangat mendukung keberadaan Pekka. Dukungan mereka terlihat dari bantuan Dana Desa yang dikucurkan sejak 2019 untuk pembelian alat-alat usaha berupa alat pembuat kue, alat pembuat tempat reyeng, alat untuk menggoreng bawang, dan spinner.

Aku Masih Berguna

Hampir separuh dari anggota masyarakat di tempat tinggalku saat ini membuat reyeng, tempat ikan laut rebus yang terbuat dari anyaman bambu. Mereka memanfaatkan pohon-pohon bambu yang banyak tumbuh di sekitar kami. Ada yang mengambilnya di kebun sendiri, ada pula yang mengambil dari halaman tetangga.

Kegiatan ini bisa menambah penghasilan mereka. Dan aku merasa terdorong untuk mengajukan proposal ke pemerintah desa untuk pengadaan mesin reyeng. Alhamdulillah, proposal tersebut telah disetujui. Kami tinggal menunggu realisasinya.

Kesepian yang seharusnya aku rasakan setelah suamiku meninggal dunia ternyata tidak terjadi. Aku bahkan mampu untuk tampil di hadapan orang banyak dengan penuh percaya diri.

Saat ini, Serikat Pekka Kabupaten Trenggalek telah memiliki sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga. Kami pun telah sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan UMKM yang diselenggarakan di kabupaten kami, dan menjual hasil produk kami di sana.

Aku betul-betul bersyukur telah diajak bergabung dengan Pekka. Aku bisa mengerahkan kemampuanku untuk orang banyak.(*)

Bagikan Cerita Ini

Cerita Terkait

Leave a Comment